Internasional

5 Update Perang Rusia-Ukraina, Ada Bom Mematikan Baru Putin

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
17 July 2023 11:03
Ukrainian servicemen fire a Partyzan small multiple rocket launch system toward Russian troops near a front line, amid Russia's attack on Ukraine, in Zaporizhzhia region, Ukraine July 13, 2023. REUTERS/Stringer     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: REUTERS/STRINGER

Jakarta, CNBC Indonesia -Perang Rusia dan Ukraina masih terus terjadi. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda perdamaian antara keduanya.

Sejumlah fakta terbaru pun muncul. Mulai dari Presiden Vladimir Putin yang kembali memberi peringatan, hingga ancaman tentara bayaran Wagner, dan kiamat makanan.

Berikut perkembangan terbaru perang Rusia-Ukraina sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Senin, (17/7/2023):

1. Ukraina Bakal "Menggila" di Rusia

Serangan Ukraina ke dalam wilayah Rusia diperkirakan akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini disampaikan pembawa acara Solovyov Live dan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, Sergey Mardan.

Mardan mengatakan fakta baru-baru menunjukan hal itu. Ia memprediksi Ukraina tengah menyiapkan serangan-serangan yang lebih banyak.

"Strategi yang diterapkan musuh bertujuan untuk merebut Kursk (terletak di dekat kota-kota Ukraina) untuk membawa perang ke wilayah Rusia," katanya dikutip Newsweek.

"Misalnya, serangan drone, nah, jumlah serangannya pasti meningkat. Ini statistik, tidak sulit untuk memeriksanya," tambahnya.

Diketahui Juni lalu, sebuah ledakan telah menutup rute pasokan kereta api penting di Krimea yang diduduki Rusia. Kepala Krimea yang diduduki Kremlin, Sergey Aksyonov, mengatakan bahwa jalur kereta api di wilayah Feodosia semenanjung "rusak" dalam insiden tersebut.

"Siapa pun dapat memeriksa jumlahnya upaya atau jumlah upaya yang berhasil untuk membakar lemari estafet. Itu adalah musuh, terlibat dalam teror dan sabotase jauh di dalam Rusia," tambah Mardan selama segmen TV dengan kantor berita Rusia.

2. Bom Baru Putin 

Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ancaman baru soal perang Rusia-Ukraina. Ia bahkan mempertimbangkan penggunaan 'senjata mematikan' baru di konflik tersebut.

Hal ini merupakan jawaban dari dikirimkannya 'senjata terlarang' bom kluster (cluster munitions) sebagai amunisi ampuh terbaru Ukraina melawan Rusia oleh Amerika Serikat (AS). Senjata yang sama, kata Putin, akan ia gunakan seraya menyebut amunisi itu "sangat cukup" dimiliki Rusia.

"Rusia memiliki persediaan yang cukup untuk berbagai jenis bom kluster," kata pemimpin Rusia itu saat wawancara dengan seorang jurnalis pro-Kremlin, dimuat CNN International, Minggu (16/7/2023).

"Jika itu digunakan untuk melawan kami, kami berhak untuk mencerminkan tindakan," tegasnya.

Putin sendiri mengklaim belum menggunakannya hingga saat ini. Namun ia mengarahkan hal itu tergantung kebutuhan.

"Sampai sekarang, kami belum melakukan ini, kami belum menggunakannya, dan kami belum memiliki kebutuhan seperti itu," tambahnya lagi dimuat CNBC International dan AP.

Bom kluster merupakan bom curah yang kontroversial dan dilarang kelompok hak asasi manusia. Senjata tersebut sangat berbahaya terutama bagi warga sipil karena bisa menyebarkan peledak ke area yang sangat luas, apalagi ketika ditembakkan di dekat daerah berpenduduk.

Jika gagal meledak sekarang, diyakini dampaknya pun masih bisa meledak bertahun-tahun kemudian. Ini menimbulkan risiko jangka panjang bagi siapa saja yang menghadapinya, mirip dengan ranjau darat.

3. "Kiamat" Makanan

Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam yang memungkinkan Ukraina dan Rusia untuk terus mengekspor produk pangannya di tengah peperangan terancam tak dapat dilanjutkan. Belum berlanjutnya kesepakatan ini dikarenakan penolakan dari Rusia.

Moskow beralasan bahwa perjanjian saat ini hanya mendukung produk pertanian Ukraina dan bukan ekspor pupuk Rusia yang juga termasuk dalam kesepakatan tetapi belum berangkat ke tujuan global

Kesepakatan terbaru dari inisiatif itu akan habis pada Senin (17/7/2023). Hingga saat ini belum ada tanda-tanda persetujuan itu akan dilanjutkan.

Pekan lalu, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengirim surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin menguraikan proposal untuk menyelamatkan kesepakatan. Pada hari Jumat, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan bahwa percakapan dengan Kremlin melalui Signal dan WhatsApp akan berlanjut selama akhir pekan.

"Tujuannya adalah untuk menghilangkan rintangan yang mempengaruhi transaksi keuangan melalui Bank Pertanian Rusia, perhatian utama yang diungkapkan oleh Federasi Rusia, dan secara bersamaan memungkinkan aliran lanjutan biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam," pungkasnya.

Pada hari Kamis, Putin menegaskan kembali posisi Moskow dan mengancam untuk keempat kalinya sejak dimulainya perjanjian untuk tidak memperbaruinya.

Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022, Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.

Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.

Pengiriman produk pertanian tersebut sempat terhenti selama hampir enam bulan sampai perwakilan dari Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki setuju untuk membangun koridor laut kemanusiaan.

Kesepakatan itu, yang ditengahi Juli tahun lalu, meredakan blokade laut Rusia dengan pembukaan kembali tiga pelabuhan utama Ukraina. Di bawah kesepakatan itu, lebih dari 1.000 kapal yang membawa hampir 33 juta metrik ton produk pertanian telah berangkat dari pelabuhan Odessa, Chornomorsk, dan Yuzhny-Pivdennyi di Ukraina yang dilanda perang.

Perjanjian tersebut juga mengawasi pengangkutan 725.167 ton gandum untuk berlayar dengan kapal Program Pangan Dunia ke beberapa negara paling rawan pangan di dunia, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan dan Yaman.

4. Wagner Makin Bahaya

Mantan komandan Rusia, Igor Girkin, memperingatkan pada hari Minggu bahwa tentara bayaran Wagner tidak akan ragu untuk membunuh warga Rusia jika diperintahkan oleh pendirinya Yevgeny Prigozhin. Hal ini terjadi pasca kelompok itu melakukan pemberontakan terhadap Moskow.

Wagner merupakan salah satu kubu pendukung Moskow yang menonjol dalam operasi Kremlin untuk menguasai Ukraina Timur. Salah satu kota di wilayah ini, Bakhmut, diketahui telah menjadi pusat pertempuran paling sengit antara kelompok pimpinan Yevgeny Prigozhin melawan Kyiv selama berbulan-bulan.

Wagner kemudian memberontak pada 24 Juni lalu. Ini disebabkan oleh ketidakpercayaan kelompok itu pada rezim pertahanan Rusia yang dipimpin Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov. Kedua figur itu dirasa tak mampu menyokong pasukannya dengan logistik yang cukup selama perang di Ukraina.

Selain itu, Prigozhin menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memerintahkan serangan roket ke kamp lapangan Wagner di Ukraina dan menewaskan banyak tentaranya. Ia juga menegaskan aksinya bukanlah merupakan kudeta.

Dalam aksinya, Wagner mengambil alih pusat komando Selatan militer Rusia di kota Rostov-on-don. Mereka kemudian bergerak menuju Moskow dan menguasai wilayah hingga kota Voronezh, yang merupakan pertengahan jalan antara Moskow dan Rostov-on-don.

Kemudian, pemberontakan bersenjata tiba-tiba dibatalkan sehari setelahnya. Peskov mengatakan tuntutan pidana terhadap Prigozhin dibatalkan setelah pasukannya mundur. Ini dilakukan dengan andil dari Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang menawarkan Prigozhin dan pasukannya keamanan di negara itu.

Terkait hal ini, Girkin mengatakan bahwa meskipun pemberontakannya gagal, Wagner "dengan sempurna menunjukkan kesiapan mereka" untuk membunuh sesama warga di kanan dan kirinya. Ia menyebut hal itu hanya bergantung pada siapa yang membayar kelompok itu.

"Slogan-slogan yang disebut 'pawai keadilan' menjadi titik referensi dalam keberadaan lebih lanjut dari PMC ini dan pasukan yang tetap dalam formasi bersenjata ilegal tertentu di bawah komando (Prigozhin) adalah pengkhianat yang sama ke Rusia seperti dirinya," tulisnya dalam akun Telegram dikutip Newsweek.

"Itu persis sama dan tidak ada yang lain, hanya karena sekarang 'tentara pribadi' Prigozhin tidak memiliki hak moral untuk dianggap sebagai pembela Tanah Air. Dan para pejuangnya membela hak mereka untuk membunuh siapa pun, di mana pun demi uang 'majikan' mereka membayar mereka."

5. Pertempuran Masih Panas

Posisi di kedua belah pihak "berubah secara dinamis" di sepanjang front Timur perang Rusia Ukraina.Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan intensitas pertempuran di sana yang agak meningkat.

"Ada pertempuran sengit, dan posisi para pihak berubah secara dinamis beberapa kali sehari," katanya

Rusia telah "secara aktif maju" di dekat kota Kupyansk di wilayah Kharkiv Timur Laut negara itu selama dua hari berturut-turut. Mailar mengatakan Ukraina dalam posisi bertahan.

Lebih jauh ke Selatan di sepanjang front Timur, Maliar mengatakan pasukan Ukraina secara bertahap bergerak maju di sekitar Bakhmut dan ada kemajuan harian di sisi Selatan kota yang telah lama diperebutkan.

Di sisi utara Bakhmut, pasukan Ukraina berusaha mempertahankan posisi mereka sementara pasukan Rusia terus menyerang. Di selatan Bakhmut, pasukan Rusia juga melakukan ofensif di daerah sekitar kota Avdiivka dan Marinka.

"Di Bakhmut sendiri, kami menembaki musuh, dan musuh menembaki kami," tambahnya.

"Para pembela kami terus secara efektif menahan mereka. Pertarungan panas berlanjut tanpa perubahan posisi," katanya lagi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Makin Ngeri, Ukraina Evakuasi Besar-besaran Wajib Warga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular