Konsumsi LPG Subsidi 3 Kg RI Meledak, Ini Biang Keroknya..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
14 July 2023 14:15
Pekerja melakukan bongkar muat tabung LPG (Liquefied Petroleum Gas) 3 Kg atau gas melon di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (14/7/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat tabung LPG (Liquefied Petroleum Gas) 3 Kg atau gas melon di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (14/7/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 Kg saat ini mengalami peningkatan yang cukup luar biasa. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji.

Menurut Tutuka, kenaikan konsumsi LPG 3 Kg salah satunya disebabkan lantaran sebagian sektor usaha seperti rumah makan atau restoran masih menggunakan gas LPG bersubsidi untuk rakyat miskin itu.

"Yang kita curigai yang naik kenapa kok yang LPG 3 Kg. Kalau dilihat dari indikasi diawal dipakai oleh rumah makan yang tidak berhak, kita datangi dan polisi juga beberapa kali," kata dia saat wawancara khusus bersama CNBC Indonesia, dikutip Jumat (14/7/2023).

Oleh sebab itu, alih-alih melakukan pengawasan dan penindakan, ia mendorong agar program penyaluran LPG 3 Kg secara tepat sasaran dapat segera diimplementasikan. Dengan demikian, dapat mengurangi penyalahgunaan pada barang subsidi ini.

"Jadi kalau benar-benar masif ditangkepin itu bingung setelah itu. Jadi lebih baik tepat sasaran sebelum diatur boleh atau enggak. Kalau jumlahnya masif akan mengurangi konsumsi LPG 3 Kg," ujarnya.

Tutuka menilai ketergantungan Indonesia terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) saat ini semakin tinggi. Hal tersebut terlihat dari kebutuhan LPG RI yang mencapai 8 juta metrik ton per tahun nya, dengan 6,7 juta ton berasal dari impor.

Oleh sebab itu, saat ini pemerintah tengah berupaya menggenjot penggunaan jaringan gas bumi sebagai upaya pemerintah dalam menekan impor LPG. "Ke depan ini kan gas kalau gas yang dipakai jargas akan mengurangi impor LPG. Sekarang kebutuhan LPG itu 8 juta metrik ton per tahun. Kemudian 6,7 juta ton per tahun itu dari impor," ujarnya.

Ia berharap pembangunan jargas ke depan dapat lebih masif lagi sekalipun tanpa menggunakan skema APBN. Mengingat, pembangunan jaringan gas baru menjangkau 900 ribu sambungan rumah tangga hingga sampai saat ini.

"Kalau dari APBN kan lebih murah maksudnya harga jual gasnya tol fee murah. Kayak Semarang-Batang murah tol fee nya. Kalau murah industri beli gas murah nanti industri tumbuh. Jargas itu 900 ribu. Kita targetkan 10 juta," katanya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Beli Elpiji 3 Kg Harus Pakai KTP, Begini Reaksi Warga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular