
RI Kaya Ikan tapi Masih Impor, Menteri KKP Bongkar Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono tak menampik bahwa memang Indonesia masih melakukan importasi ikan. Namun jumlahnya kecil dan itu pun kebanyakan ikan-ikan yang tak ada di Indonesia.
"Neraca perdagangan kita di sektor perikanan itu surplus. Ekspor kita itu US$ 6,2 miliar, (sedangkan) impor kita cuma US$ 700 juta. Ini (berdasarkan data sepanjang) tahun 2022. Demand lokalnya itu kira-kira sekitar 13 juta ton, memang naik terus, dan itu semua bisa dipenuhi dari komoditi perikanan dari dalam negeri," jelasnya dalam Economic Update CNBC Indonesia, Jumat (14/7/2023).
Sakti menegaskan bahwa pernyataan yang mengatakan importasi ikan Indonesia tinggi sangat keliru. Sebab, klaim-nya, kebutuhan ikan di dalam negeri masih cukup dipenuhi dari produksi domestik.
"Jadi statement tadi menurut saya keliru. Statement yang mengatakan bahwa kita impornya tinggi, saya sebut tidak," tegasnya.
Lantas, jenis ikan apa yang diimpor RI?
Sakti mengungkapkan, jenis ikan yang diimpor Indonesia adalah jenis ikan salmon, yang memang tidak dimiliki oleh Indonesia.
"Menurut saya sangat sedikit, yang paling besar diantaranya adalah salmon, yang memang kita gak punya salmon itu," tuturnya.
![]() Jim Lagucik, of Trident Seafoods, cuts a Copper River King Salmon Friday, May 18, 2018, at Seattle-Tacoma International Airport in Seattle. The fish was on a plane carrying thousands of pounds of the first shipment of Copper River salmon and the annual arrival of the fish is a rite of spring in Seattle where the fish are prized for their flavor and bring the highest prices at restaurants and fish markets. (AP Photo/Ted S. Warren) |
Menurut dia, menjadi tidak perlu juga jika seandainya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ingin mengembangkan budi daya salmon di Indonesia. Karena, menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan salmon itu Indonesia bisa saling tukar perdagangan ikan dengan negara lain yang memilikinya.
"Saya belum tahu apakah Pak Dirjen Perikanan Budidaya mampu mengembangkan salmon di Indonesia. Tapi saya pikir gak perlu, kita nanti bisa saling tukar," tuturnya.
Sebab, lanjutnya, saat ini Indonesia telah memiliki lima komoditas yang tidak kalah penting, yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, diantaranya udang, lobster, kepiting, tilapia, dan rumput laut.
"Kemampuan kita ada lima nanti yang saya minta kepada Pak Dirjen Budidaya, dalam kurun waktu 5-10 tahun yang akan datang kita menjadi champion. Itu ada udang, kemudian lobster, kepiting, tilapia, dan yang terakhir adalah rumput laut," ujarnya.
Dari ke-5 komoditas yang ingin didorong pengembangannya, Sakti meminta kepada Dirjen Perikanan Budidaya untuk membuat modeling. Salah satu yang sudah dibuat adalah udang, dan sangat berhasil bagus di wilayah Kebumen.
"Baru nanti kemudian lobster. Kita sudah punya juga modeling di wilayah Rote Ndao, dan hasilnya sangat bagus, survival ratenya di atas 60%," jelas dia.
Kemudian kepiting, tilapia, dan rumput laut yang rencananya, kata dia, akan segera dilakukan pembudidayaan nya pada tahun ini.
"Tilapia pasarnya sangat besar sekali. ini semua kita udah deteksi, demand internasional itu begitu besar. Tapi gak usah khawatir karena demand lokal juga besar," pungkasnya.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kaya Hasil Laut Tapi Masih Impor Ikan, Ini Kata Menteri KP
