
RI Impor Gula Jor-joran, Butuh 700.000 Ha Untuk Swasembada

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia disebut-sebut sebagai importir gula terbesar di dunia, baik untuk gula konsumsi maupun untuk kebutuhan produksi industri atau gula rafinasi. Tak ingin berlama-lama jadi importir terbesar di dunia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan target baru untuk produksi dan swasembada gula di Indonesia.
Target itu ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Perpres yang diundangkan dan berlaku mulai 16 Juni 2023 itu juga menargetkan penyediaan bioetanol, bahan bakar nabati (biofuel) dari tebu.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, untuk bisa swasembada gula harus melibatkan seluruh stakeholders.
"Khusus untuk gula ini tentunya challenge kita bersama. Pak Erick menteri BUMN juga sudah menyebutkan bahwa yang diperlukan lahan sekitar 700 ribu Ha. Ini sudah ada Perpres nya juga, bisa dari lahan milik rakyat, bisa dari perhutanan sosial atau lahan-lahan yang ada dimiliki oleh BUMN. Jadi mulainya dari lahan," kata Arief dalam Economic Update CNBC Indonesia, Jumat (14/7/2023).
Kemudian, lanjut Arief, setelah persiapan lahan, setelahnya perlu dilakukan persiapan bibit.
"Bibit atau benih memang harus mulai dikerjakan, karena itu tanaman semusim, jadi untuk tanam tahun depan itu mulai dari sekarang sudah harus disiapkan," ujarnya.
Selanjutnya, Arief menyebutkan, di Kementerian BUMN sendiri saat ini ada program 'Makmur'. Program makmur merupakan sebuah program yang memang dilakukan mulai dari hulu seperti soil test, kemudian ketersediaan pupuk, penjaminan of tacker, sampai dengan asuransi untuk petani, apabila gagal panen atau gagal produksi.
"Nah ini juga tentunya sebagai model yang bagus, yang bisa di copy paste di semua pihak," tutur dia.
Di sisi lain, Arief pun menjabarkan kondisi pabrik-pabrik yang ada dari BUMN saat ini, yang harus segera direvitalisasi, sehingga bisa menghasilkan rendemen yang lebih baik.
![]() Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Economy Update pada program Squawk Box di CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia TV) |
"Jadi berapa rendemennya, kalau di luar negeri itu tuh rendemen bisa di atas 12%, (atau bisa) 13%. Di Indonesia rata-rata masih di bawah 7%. Ada satu atau dua perusahaan yang mungkin sudah bisa sampai 10%. Nah rendemen yang baik ini tentunya nggak bisa dipotong satu proses saja, tetapi mulai dari on farm-nya seperti apa, kemudian bagaimana off farm-nya. Maksud kami, pabrik persiapannya seperti apa," kata Arief.
Selanjutnya yang tidak kalah penting, kata dia, adalah bagaimana pemerintah Indonesia dapat mengatur stok, mengatur stok sampai dengan program ini berjalan dengan baik.
"Jadi untuk swasembada itu kita perlu secara gradual meningkatkan produksi, mulai dari tanaman tebunya, setelah itu mengurangi importasi. Importasi yang dilakukan baik itu merupakan raw sugar maupun gula kristal putih yang sudah jadi," terangnya.
"Nah ini memang perlu kerja keras dari kita semua, apabila kita ingin mengembalikan gula untuk swasembada," pungkas Arief.
Sementara itu, Data Departemen Pertanian AS (USDA) menunjukkan, impor gula Indonesia tahun 2022/2023 mencapai 5,8 juta ton, naik dari tahun 2021/2022 yang mencapai 5,46 juta ton. Indonesia menempati posisi pertama importir gula dunia, disusul China yang mengimpor 4,4 juta ton pada periode 2022/20223.
Tahun ini, Indonesia diprediksi bakal mengimpor sekitar 5,6 juta ton. Di mana, volume tersebut adalah impor gula mentah (raw sugar) baik untuk konsumsi maupun rafinasi, serta impor gula konsumsi yang ditugaskan pemerintah.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Sembako Mahal, Begini Penjelasan Bos Badan Pangan
