Economic Update 2023

El Nino Bawa 'Petaka' Bagi Bumi, Begini Efeknya ke RI

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
14 July 2023 11:30
Ilustrasi Pertanian Kekeringan. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Pertanian Kekeringan. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekeringan atau panas ekstrem mulai melanda negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, akibat fenomena iklim El Nino. Meski, El Nino di Indonesia saat ini disebutkan masih lemah-moderat, dan sebelum diprediksi bakal memuncak di bulan Agustus nanti. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun telah menyerukan adanya 'petaka baru' yang akan menghampiri dunia, terutama negara-negara yang dekat dengan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Di mana, PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023.

Tim peneliti dari WMO memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong sebelumnya juga sudah memperingatkan, salah satu efek El Nino adalah potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin tinggi. Selain itu, akan terjadi defisit air dan memicu kekeringan ekstrem, yang bisa berdampak pada produksi pangan di dalam negeri.

Lalu bagaimana persiapan pemerintah?

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, sektor pangan akan mengalami dampak berbeda akibat El Nino. Di mana ada komoditas yang akan terbantu dengan adanya El Nino, dan ada juga akan terganggu akibat El Nino.

"Jadi kalau El Nino ini produknya ada dua, yang pertama produk yang memang kalau El Nino itu terbantu, misalnya garam. (Dan yang terganggu) seperti produk beras atau padi yang memerlukan air," kata Arief dalam Economic Update CNBC Indonesia, Jumat (14/7/2023).

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Economy Update pada program Squawk Box di CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia TV)Foto: Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Economy Update pada program Squawk Box di CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia TV)
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Economy Update pada program Squawk Box di CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia TV)

Arief menjelaskan, garam itu kalau tidak hujan justru akan baik kualitasnya, karena kering. Tetapi untuk produk seperti beras atau padi yang memang memerlukan air akan sangat terganggu apabila terjadi El Nino.

Sehingga antisipasinya, menurut Arief, dengan menanam padi lebih cepat agar beras yang dipanen bisa selesai sebelum El Nino menyerang, sebagaimana juga yang dicetuskan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

"Pak Mentan menyampaikan bahwa memulai tanam lebih cepat, jadi tidak menunggu terlalu lama. Pada saat masih ada air gitu ya tentu tanahnya dibalik, diolah kembali, setelah itu mengejar tanam berikutnya," tutur Arief.

Sementara untuk daerah-daerah yang masih tergantung dengan air hujan, menurutnya, itu memang harus terus didorong.

"Tetapi untuk daerah-daerah tertentu yang pak Basuki Menteri PUPR dan Pak Presiden sudah sering menyampaikan, ada embung pembangunan saluran irigasi, pembangunan waduk yang sampai nanti akhir kurang lebih sekitar 60 itu secara infrastruktur memang membantu kita semua," katanya.

"Sehingga El Nino ini bisa diatasi bersama-sama," tambah Arief.

Lebih lanjut, Arief menyebut ada tambahan importasi beras sekitar 2 juta ton yang tengah dipersiapkan oleh pemerintah dalam mengantisipasi El Nino. Tetapi, lanjutnya, importasi ini juga merupakan importasi yang terukur, hanya untuk Bulog, kemudian dipergunakan untuk program-program pemerintah atau intervensi, dan tidak dipergunakan untuk hal yang lainnya.

"Khusus untuk beras, memang pemerintah itu merencanakan backup sekitar 2 juta ton, itu importasi. Tetapi importasi terukur," ujarnya.

"Kemudian pada saat yang bersamaan kita masih melakukan penyerapan dari panen-panen lokal, jadi kita harus top up stock level kita di Bulog," lanjut dia.

Arief mengatakan, dari penugasan importasi beras 2 juta ton yang ditugaskan kepada Bulog di tahun 2023, sampai dengan saat ini Perum Bulog masih baru mendatangkan beras impor tersebut sebanyak 500 ribu ton.

"Masih jauh dari 2 juta (ton), Kenapa? karena kita juga masih menyerap dari panen lokal sekitar 600 ribu ton. Nah ini kita monitor terus, sehingga nanti diharapkan pada akhir tahun 2023 kita semua masih punya cadangan beras di atas 1,2 juta ton. Ini kita monitor bersama-sama," pungkasn


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarau Ekstrem Mengancam, Begini Menteri Jokowi Jaga Pangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular