Update Rusia-Ukraina! Putin Bertemu Prigozhin-Siaga "Kiamat"
Jakarta, CNBC Indonesia - Peperangan antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Saat ini, keduanya memfokuskan serangan di wilayah Timur, di mana Rusia menginginkan untuk mengambilalih wilayah Donbass secara keseluruhan.
Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Selasa, (11/7/2023):
Putin Bertemu Bos Wagner Prigozhin
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan sudah bertemu dengan pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin. Ini terjadi selang lima hari setelah kudeta kelompok itu gagal di Rusia, akhir Juni lalu.
Dalam sebuah konferensi pers, Peskov mengatakan pertemuan itu dilaksanakan 29 Juni. Sebanyak 35 komandan Wagner juga hadir.
"Memang, presiden mengadakan pertemuan seperti itu," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari AFP.
"Presiden juga memberikan penilaian pada peristiwa 24 Juni," tambahnya.
"Putin mendengarkan penjelasan para komandan dan menyarankan varian pekerjaan mereka di masa depan dan penggunaan mereka di masa depan dalam pertempuran," tambahnya lagi.
Menurut juru bicara itu, Prigozhin mengatakan kepada Putin bahwa Wagner mendukungnya tanpa syarat. Mereka, tegasnya, mengaku setia ke Kremlin.
"Mereka juga mengatakan bahwa mereka siap untuk terus berjuang demi ibu pertiwi," tambahnya,
Wagner merupakan salah satu kubu pendukung Moskow yang menonjol dalam operasi Kremlin untuk menguasai Ukraina Timur. Salah satu kota di wilayah ini, Bakhmut, diketahui telah menjadi pusat pertempuran paling sengit antara kelompok pimpinan Yevgeny Prigozhin melawan Kyiv selama berbulan-bulan.
Namun Wagner kemudian memberontak. Ini disebabkan oleh ketidakpercayaan kelompok itu pada rezim pertahanan Rusia yang dipimpin Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov.
Prigozhin menuduh petinggi Rusia berusaha "mencuri" kemenangan dari Wagner dan mengecam "birokrasi mengerikan" Moskow karena memperlambat militernya. Dia mengatakan memerintahkan anak buahnya ke Moskow karena kementerian pertahanan ingin membubarkan Wagner setelah keberhasilan medan perang mereka
Sementara itu, lebih dari dua minggu setelah upaya pemberontakan, masih ada ketidakpastian yang signifikan seputar nasib kelompok Wagner dan kesepakatan yang mengakhiri kudeta melawan petinggi militer Rusia. Awalnya, Prigozhin dan beberapa pejuangnya diperkirakan akan diasingkan ke Belarusia.
Namun pekan lalu, pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko, yang bertindak sebagai mediator dalam kesepakatan dengan Wagner, mengatakan bahwa baik Prigozhin maupun anak buahnya tidak berada di negaranya. Nasib "Jenderal Kiamat" Rusia Sergei Surovikin, komandan pasukan kedirgantaraan Rusia, yang dianggap bersimpati kepada Wagner juga tidak jelas.
Rusia Hantam Ukraina 334 Kali
Rusia disebut menghantam Ukraina sebanyak 334 kali pekan lalu. Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar menyebut ini tak terrasuk serangan 39 ruraal ke seluruh wilaya Ukraina.
Sementara itu, Maliar mengatakan bahwa pasukan Ukraina melakukan lebih dari 79 serangan terhadap posisi Rusia dan 11 gudang amunisi. Ukraina juga menghancurkan 24 sistem rudal anti-pesawat Rusia dan hampir 40 drone bunuh diri Shahed buatan Iran.
Anggota Baru NATO
NATO bakal menerima negara baru sebagai anggota. Namun ini bukan Ukraina yang telah lama ingin bergabung.
Dalam pertemuan di sela-sela KTT NATO di Vilnius, Lithuania, Senin waktu setempat, pintu dibuka Turki untuk Swedia. Istanbul memberi lampa hijau ke Stockholm setelah pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Ulf Kristersson.
Perlu diketahui keinginan masuk NATO sudah dilayangkan sejak tahun lalu ketika perang Rusia di Ukraina pecah. Bersama Finlandia, Swedia mengajukan keinginan ke pakta pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
Namun berbeda dengan Finlandia, Turki enggan menerima Swedia dengan sejumlah alasan termasuk karena kerajaan memberi perlindungan ke pemberontak Kurdi, yang jadi masalah internal Ankara. Perlu diketahui untuk menjadi anggota NATO, ke-30 anggotanya termasuk Turki, harus memberi persetujuan tanpa kecuali.
"Menyelesaikan aksesi Swedia ke NATO adalah langkah bersejarah yang menguntungkan keamanan semua sekutu NATO pada saat kritis ini. Itu membuat kita semua lebih kuat dan lebih aman," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg, dimuat AFP.
Meski begitu tawaran Swedia tetap harus disetujui parlemen Turki. Namun persetujuan Erdogan diyakini akan memperlancar proposal.
Sementara itu, Hungaria belum menyetujui permintaan Swedia. Namun negara NATO di bawah kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Viktor Orban itu telah berjanji akan memberi lampu hijau segera.
Sementara itu, Erdogan juga dilaporkan memberi penawaran lain yang menjadi syarat Swedia masuk NATO. Ia mendesak Uni Eropa (UE) menghidupkan kembali tawaran Turki menjadi anggota.
"Swedia akan secara aktif mendukung upaya untuk menghidupkan kembali proses aksesi UE-Turki, termasuk modernisasi Pabean UE-Turki dan liberalisasi visa," kata pernyataan bersama lagi setelah pertemuan.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga diketahui telah mengadakan pertemuan sampingan dengan Erdogan di lokasi yang sama. Michel memuji pertemuan kedua negara.
"Menjajaki peluang ke depan untuk membawa kerja sama UE-Turki kembali ke garis depan dan menghidupkan kembali hubungan kita," tegasnya.
Turki telah menjadi kandidat resmi untuk bergabung dengan UE sejak 2005. Tetapi pembicaraan telah lama terhenti.
Meski pembicaraan kemarin belum resmi memberi persetujuan masuknya Turki ke UE, pernyataan menyiratkan akan ada peningkatkan perdagangan antara Turki dan Brussels. Termasuk memperbarui perjanjian bea cukai mereka dan melonggarkan aturan visa tanpa adanya pembicaraan keanggotaan formal.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta sekutu Barat untuk memberikan sinyal yang jelas tentang prospek keanggotaan NATO negaranya. Ia mengatakan Ukraina pantas berada di dalam aliansi.
"Tidak sekarang, karena sekarang ada perang," katanya dimuat laman yang sama.
"Tetapi kami membutuhkan sinyal yang jelas dan sinyal ini diperlukan sekarang," kata Zelensky dalam pesan video yang diposting di Telegram.
Diketahui keinginan Ukraina bergabung ke NATO telah menjadi salah satu alasan serangan dilakukan Rusia. Pemerintah Presiden Vladimir Putin mengatakan, hal itu bisa membahayakan keamanan Kremlin aplagi NATO telah eskpansif di Eropa Timur beberapa tahun terakhir.
Meski begitu, dalam wawancara eksklusif dengan CNN International kemarin, Presiden AS Joe Biden sempat berujar bahwa Ukraina belum siap untuk menjadi anggota NATO. Ia mengatakan bahwa perang Rusia di Ukraina harus diakhiri sebelum aliansi tersebut dapat mempertimbangkan untuk menambahkan Kyiv ke dalam jajarannya.
"Keanggotaan Ukraina dalam NATO terlalu dini," kutip media itu memuat komentar Biden.
Namun, ia menegaskan AS dan sekutunya di NATO akan terus memberi Zelensky dan pasukannya keamanan serta persenjataan yang mereka butuhkan untuk mencoba mengakhiri perang dengan Rusia. Biden sendiri akan hadir ke KTT hari ini setelah pertemuan dengan Raja Inggris, Charles II.
Hungaria Ngamuk ke Ukraina
Negara Eropa ini "mengamuk" ke Ukraina. Pemerintah Hungaria meluapkan kekecewaannya pada pihak Ukraina.
Tak tanggung-tanggung Negeri Magyar mengancam akan memblokir bantuan dana dan senjata ke Kyiv dalam kesepakatan Uni Eropa (UE). Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Hungaria Peter Szijjarto mengatakan hal ini disebabkan langkah Kyiv yang memasukan bank komersial terbesar negara itu, OTP, dalam daftar hitamnya karena kehadirannya di Rusia.
"Hungaria tidak akan berkontribusi pada pendanaan transfer senjata UE lebih lanjut ke Ukraina sampai Kyiv menghapus OTP dari daftar skandal," ujarnya dikutip Al Mayadeen.
"Akan lebih baik jika mereka UE tidak mengajukan proposal untuk membiayai pengiriman senjata lebih lanjut. Ini merupakan langkah yang keterlaluan, tidak dapat diterima, dan memalukan," tegas Szijjarto.
Lebih lanjut, Szijjarto mengutarakan bahwa Budapest telah 'melakukan segalanya untuk membantu rakyat Ukraina'. Bahkan, Hungaria sudah 'membayar biaya perang yang tidak ada hubungannya dengan mereka'.
"Kadang-kadang kami benar-benar merasa bahwa mereka (Ukraina) mengolok-olok kami. Kadang-kadang kami merasa bahwa kami sedang dipermainkan, tetapi kami tidak mengatakannya lebih sering karena ada perang yang sedang berlangsung," jelasnya.
Hungaria sendiri merupakan salah satu negara UE yang seringkali mengambil posisi yang berbeda dalam perang Rusia-Ukraina, di mana mayoritas anggota kelompok itu mendukung Kyiv. Ini dimotori oleh sikap politik kepala pemerintahan negara itu, Orban.
Orban sebelumnya menuduh UE memicu krisis energi setelah Brussels merancang embargo terhadap bahan bakar dari Rusia sebagai sikap penentangan atas serangan Moskow ke Ukraina. Ia menyebut langkah itu sebagai kontraproduktif dan justru menjadi bumerang.
Bencana Baru di Ukraina
Bencana baru dikhawatirkan menyerang Ukraina. Ini dikatakan utusan iklim Presiden AS Joe Biden, John Kerry.
Ia mengemukakan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. Termasuk menyuarakan keprihatinan tentang krisis energi yang sedang berlangsung.
"Banyak bagian dunia memperburuk masalah saat ini. Tapi ketika ada bom yang meledak dan Anda merusak septic tank, atau pusat listrik, dan sebagainya, Anda melepaskan gas rumah kaca, metana, semua keluarga dan gas rumah kaca dalam jumlah besar, dan hasilnya menambah masalah," kata Kerry mengatakan kepada MSNBC.
"Percayalah, pertarungan di Ukraina adalah pertarungan yang harus kita lakukan, yang harus dilakukan dunia. Nilai-nilai yang dipertaruhkan sangat penting bagi kita semua," tambahnya.
"Dengan hilangnya gas yang masuk ke Eropa, dari Rusia, banyak negara harus membuka kembali batu bara atau menyediakan bahan bakar kotor dalam bentuk lain hanya sebagai keadaan darurat untuk mencegah keruntuhan ekonomi mereka," ujarnya lagi.
"Kiamat" Makanan
Ancaman kiamat makanan di dunia makin nyata. Pasalnya Black Sea Grain Initiative (Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam) akan kadaluarsa dalam satu minggu.
Perjanjian tersebut secara resmi akan selesai di 17 Juli. Jika tak diperpanjang kemungkinan akan ada blokade besar-besaran pada ekspor pangan Ukraina, yang merupakan salah satu lumbung makanan dunia, terutama untuk jagung, gandum, jelai dan minyak biji bunga matahari.
Kemarin, tercatat, hanya satu kapal meninggalkan pelabuhan Odessa Ukraina membawa produk pertanian selama akhir pekan. Data ini merujuk organisasi yang didukung PBB yang melacak data ekspor Laut Hitam.
"Kapal itu ditujukan ke Tunisia dan berlayar dengan 27.000 metrik ton jagung," ujar organisasi itu.
Sejak dimulainya kesepakatan, lebih dari 32 juta metrik ton bahan makanan dan produk pertanian telah meninggalkan pelabuhan Ukraina. Perjanjian tersebut, yang ditengahi antara Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB, akan berakhir minggu depan.
Rusia mengatakan kesepakatan Laut Hitam tak memiliki peluang untuk diperpanjang. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut Rusia merasa apa yang dijanjikan ke Moskow sebagai bagian dari kesepakatan masih belum terpenuhi.
Ini utamanya karena sanksi Barat yang menyulitkan pengiriman komoditas pangan itu, seperti sanksi terhadap kapal, asuransi, dan perantara.
(sef/sef)