
Wamen KLHK Siaga Satu, 8 Provinsi Langganan Kebakaran Hutan

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan udara panas atau El Nino tengah menerpa wilayah Indonesia. Pemerintah pun mengantisipasi fenomena el nino terutama dampaknya yakni kebakaran hutan dan lahan.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengungkapkan Indonesia memiliki 7 provinsi langganan kebakaran hutan. Bahkan jumlahnya saat ini bertambah jadi 8 provinsi. Dimana saja?
"Ada 7 provinsi bahkan sekarang ada 8 semacam episentrum, ini lokasi gambut. Di Sumatera ada Sumatera Selatan, Riau, Jambi dan Sumatera Utara kadang. Di Kalimantan ada Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, dan sedikit Papua. Papua masih bisa dikendalika dengan baik," ungkap Alue dalam Economic Update 2023, Senin (10/7/2023).
Alue bilang ke-8 provinsi ini adalah wilayah gambut. Kawasan gambut memang menjadi daerah rawan kebakaran apabila musim kemarau tiba.
![]() Peatlands fire is seen in Ogan Ilir regency, South Sumatra province, Indonesia, August 5, 2019 in this photo taken by Antara Foto. Picture taken August 5, 2019 Antara Foto/Mushaful Imam via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. INDONESIA OUT. |
"Di situ gambut musim kemarua muka air turun. Gambut ini bahan organik kalau dia kering jadi fuel bahan bakar. Ada udara dan panas tinggal api maka jadi kebakaran," imbuhnya.
Bahayanya apabila kebakaran terjadi di lahan gambut adalah risiko kabut asap yang cukup pekat dan menimbulkan polusi udara. Kebakaran gambut juga tak mudah dipadamkan karena sifatnya adalah api bawah tanah atau underground fire.
"Bahaya gambut ini underground fire. Dia akan memakan organik ini dan dia akan menyentuh muka air yang paling rendah," sebutnya.
Dalam rangka antisipasi kebakaran hutan yang disebabkan el nino menurut Alue ada sejumlah perintah dari Presiden Joko Widodo. Yaitu tindakan pencegahan yaitu pemadaman, dilakukan koordinasi lintas sektoral pemerintah pusat dan daerah, melakukan checking lapangan dengan baik, kemudian patroli rutin di lapangan secara terus menerus, hingga kuatkan informasi soal sebaran hot spot (titik panas)
"Lalu kita lakukan teknologi modifikasi cuaca. Kita lakukan intervensi itu agar turun hujan. Ini sudah kita lakukan 3 sampai 4 tahun lalu," sebutnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Siaga Fenomena Cuaca Ekstrem, Ini Dampak yang Ditakuti
