AS Mau Kirim Senjata Terlarang, Zelenzky Bisa Makin Menggila!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 July 2023 21:20
Presiden AS Joe Biden (kanan) disambut oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) selama kunjungan di Kyiv pada 20 Februari 2023. - Presiden AS Joe Biden melakukan perjalanan kejutan ke Kyiv pada 20 Februari 2023, menjelang ulang tahun pertama tentang invasi Rusia ke Ukraina, wartawan AFP melihatnya. Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di ibu kota Ukraina pada kunjungan pertamanya ke negara itu sejak awal konflik. (DIMITAR DILKOFF/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden AS Joe Biden (kanan) disambut oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) selama kunjungan di Kyiv pada 20 Februari 2023. - Presiden AS Joe Biden melakukan perjalanan kejutan ke Kyiv pada 20 Februari 2023 (AFP via Getty Images/DIMITAR DILKOFF)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) berencana mengirim amunisi atau bom tandan ke Ukraina untuk membantunya memerangi penjajah Rusia. Pengiriman senjata 'terlarang' ini diprediksi akan memberikan elemen baru yang kuat untuk serangan balasan Kyiv ke Moskow.

Paket bantuan senjata yang mencakup munisi tandan yang ditembakkan oleh meriam Howitzer 155mm diharapkan akan diumumkan paling cepat Jumat (7/7/2023). Tiga pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama, seperti dikutip Reuters, menyebut tindakan AS telah dipertimbangkan secara serius setidaknya selama seminggu.

Namun Gedung Putih mengatakan pengiriman munisi tandan ke Ukraina sedang dipertimbangkan secara aktif tetapi belum ada pengumuman yang dibuat. Presiden Joe Biden sendiri akan menghadiri KTT NATO di Lituania minggu depan.

Dalam paket bantuan yang akan diumumkan, yang diharapkan bernilai sebanyak US$800 juta atau sekitar Rp12,1 triliun, Ukraina akan menerima amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), dan kendaraan darat seperti kendaraan tempur Bradley dan pengangkut personel lapis baja Stryker.

Sementara langkah AS ini ditentang oleh kelompok hak asasi manusia. Human Rights Watch (HRW) meminta Rusia dan Ukraina untuk berhenti menggunakan munisi tandan dan mendesak AS untuk tidak memasoknya.

Kelompok itu mengatakan penggunaan senjata tersebut dapat membunuh warga sipil. Mereka menyebut bahwa pasukan Rusia dan Ukraina telah menggunakan senjata tersebut dan ini telah membahayakan masyarakat.

Munisi tandan, yang dilarang oleh lebih dari 120 negara, biasanya melepaskan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh tanpa pandang bulu di wilayah yang luas. Ini dilaporkan mengancam warga sipil. Bom yang gagal meledak menimbulkan bahaya selama bertahun-tahun setelah konflik berakhir.

Undang-undang tahun 2009 melarang ekspor munisi tandan AS dengan tingkat kegagalan bom lebih tinggi dari 1%, yang mencakup hampir semua persediaan militer AS. Biden dapat mengabaikan larangan seputar amunisi seperti yang dilakukan Trump pada Januari 2021 untuk mengizinkan ekspor teknologi munisi tandan ke Korea Selatan (Korsel).

Ukraina telah mendesak anggota Kongres untuk menekan pemerintahan Biden agar menyetujui pengiriman munisi tandan yang dikenal sebagai Munisi Peningkatan Konvensional Tujuan Ganda (DPICM).

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk mengirim DPICM ke Ukraina, tetapi hanya yang memiliki tingkat kegagalan lebih rendah dari 2,35%.

Militer AS yakin munisi tandan akan berguna untuk Ukraina, kata seorang pejabat senior Pentagon pada bulan Juni, tetapi mereka belum disetujui untuk Kyiv karena pembatasan kongres dan kekhawatiran di antara sekutu.

Angkatan Darat AS saat ini menghabiskan lebih dari US$6 juta per tahun untuk menonaktifkan peluru artileri klaster 155mm dan amunisi lama lainnya. Ini terlihat dari dokumen anggaran. Mengirim DCIPM akan mengurangi pengurasan peluru 155mm standar yang telah dikirimkan Washington ke Kyiv dalam jumlah besar.

Paket bantuan keamanan terbaru ini akan menjadi yang ke-42 yang disetujui oleh Amerika Serikat untuk Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, dengan total lebih dari US$40 miliar.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Kirim 'Senjata Terlarang' ke Ukraina, Dampaknya Ngeri!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular