
Barang Tekstil China Hajar RI, Ternyata Ini Modusnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor barang tekstil dan produk tekstil (TPT) asal China dilaporkan terus meringsek pasar dalam negeri. Dan menekan pertumbuhan industri TPT di dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFi) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, salah satu modus masuknya barang impor tersebut adalah menggunakan jasa impor yang kini tersedia di platform belanja online. Dengan jasa itu, barang impor 'bebas' menyerbu pasar domestik, dengan harga lebih murah.
Redma mengatakan, jika serbuan barang impor, terutama dari China ini terus berlanjut, Indonesia harus bersiap dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang beruntun.
"Saat ini saja, kita bisa dengar berita PHK di sana sini. Banyak pabrik yang sudah kolaps. Di grup-grup WA itu teman-teman sharing foto-foto pabrik yang harus tutup, harus merumahkan karyawan. Sebelumnya ada di Karawang yang PHK 500, lalu di Solo, juga Pekalongan," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/7/2023).
"Tiap bulan ada yang melaporkan PHK atau off produksi. Itu yang publish, ada perusahaan yang nggak publish kalau dia merumahkan karyawan. Karena dia menganggapnya bukan PHK, hanya sementara. Tapi kan gaji dipangkas," ujarnya.
Sementara, lanjut dia, serbuan impor akan terus menyerbu Indonesia. Sebab, negara-negara seperti China, Bangladesh, Vietnam, juga India dilaporkan tengah mengalami kelebihan stok.
"Serbuan impor ini bisa terus berlanjut, bahkan diprediksi sampai tahun 2024. Kalau tak ada penanganan dari pemerintah. Karena China, India, Korea, Taiwan, dan Vietnam itu lagi overstock," katanya.
"Garmen impor bakal bertambah banyak bisa menyerbu pasar Indonesia dan kalau dibiarkan akan terus naik sampai tahun 2024. Apparel atau garmen itu pertumbuhannya lebih tinggi, meski kain memang secara volume leboh bear. Indonesia akan semakin dibanjiri garmen impor. Ini yang jadi masalah utama kita," tukas Redma.
Tak hanya impor ilegal, baik barang baru maupun bekas. Namun, impor legal yang masuk melalui pintu resmi.
"Barang-barang ini masuk lewat jasa impor. Bisa dibuka linknya ada (di platform belanja online). Yang menawarkan jasa impor resmi, jasa impor borongan, jasa impor door to door, bahkan sampai state dijamin lewat jalur hijau. Kalau jalur merah uang dikembalikan sepenuhnnya," ungkap Redma.
![]() Jasa impor Barang dari China. (Tangkapan Layar Istimewa/Shopee/Tokopedia) |
"Bayangkan, kalau impor garmen dari China, 1 kontainer 20 ton. 1 kg itu 5 pieces. Dan kalau dia impor borongan, saya jamin nggak akan dibuka. Apalagi kalau jalur hijau, pasti masuk aja, nggak akan dibongkar Bea Cukai," tambahnya.
Akibatnya, kata dia, barang impor itu melenggang masuk ke Indonesia.
Parahnya lagi, bakal dijual di pasar dalam negeri dengan harga yang sangat murah.
"Bayangkan, kalau 1 kontainer itu bisa harganya Rp1,2 miliar. Dengan PPN sama tarif safeguard, kira-kira seharusnya pajak yang dibayar itu bisa mencapai Rp700-800 juta. Tapi, karena borongan, dia nggak bayar PPN dan nggak bayar pajak safeguard," tuturnya.
"Jadi cuma dibayar aja gelondongan Rp200 juta. Harusnya harga 1 kontainer itu termasuk pajak Rp2 miliar, jadi hanya Rp1,4 miliar. Itu dijual di dalam negeri. Harganya jadi lebih murah," katanya.
Belum lagi, lanjut Redma, karena overstock di negara asalnya, produsen di China bisa saja menjual dengan harga miring. Artinya tak lagi Rp1,2 miliar, misalnya.
"Kan kalau ekspor, dia (produsen) bisa dapat rebate (potongan), katakanlah 10%. Jadi dia mau-mau aja jual murah karena sudah kelebihan barang di sana," kata Redma.
"Pemerintah harus segera bertindak. Ini Seharusnya sudah lampu merah bagi pemerintah. Apalagi dengan kondisi global saat ini," pungkas Redma.
Sebelumnya, Laporan BCA terkait kondisi ekonomi dan industri edisi Mei 20023 mencatat, gelombang impor tekstil asal China telah menghantam industri di dalam negeri. Di mana, ada kenaikan impor pakaian jadi sebanyak 24,7% secara volume. Meski secara nilai susut 36,6%.
Dalam laporan itu disebutkan, 'cuci gudang' pabrik-pabrik di China masih akan terjadi.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Barang China Bisa Murah Banget di RI Kini Terungkap
