Tak Diduga, Barang China Murah Bikin Rusak Pasar Gegara Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
14 June 2023 18:10
Barang-barang impor dari China dengan harga murah meriah di Pasar Asemka, Jakarta, Rabu (14/6/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Barang-barang impor dari China dengan harga murah meriah di Pasar Asemka, Jakarta, Rabu (14/6/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas menyebut faktor teknologi China yang lebih maju menjadi salah satu alasan barang buatan China murah dan banyak menguasai pasar Indonesia.

Sebab, karena teknologinya sudah lebih maju maka barang yang dihasilkan bisa lebih murah tapi dengan kualitas yang bagus, ditambah pengemasan (packaging) dari barang buatan China yang lebih bagus, sehingga banyak menarik banyak pembeli.

"Karena teknologi mereka ya, barangnya sedikit murah, packaging nya bagus. Jadi kualitas itu memang masih unggul China punya, dari pada produk lokal," Ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/6/2023).

Dia menjelaskan, dari segi teknologi Indonesia sudah banyak tertinggal jauh dengan China.

"Di China ini sudah mengarah kepada 7G, kalau di Indonesia masih baru mau 5G. Kalau di China ini sekarang dari 6G sudah mau 7G. Teknologinya sudah jauh melangkah," tukasnya.

Untuk itu, ia berharap pemerintah Indonesia bisa lebih mendukung industri mainan dalam negeri, dengan melakukan support dari sisi teknologinya.

"Pemerintah itu harus men-support (industri dalam negeri) dari sisi teknologinya," kata dia.

Selain teknologi yang sudah jauh berkembang, Sutjiadi menuturkan bahwa pemerintah China juga memfasilitasi pengusaha industri mainan dengan rancangan atau desain dari mainan nya itu sendiri.

"Di China ini mereka punya tim. Pemerintah China itu membentuk satu tim untuk membuat rancangan mainan, namanya itu tim kreatif. Di china ada tim kreatif, dia yang menciptakan mainan-mainan, kemudian diberikan kepada pengusaha-pengusaha (untuk diproduksi," tuturnya.

Sedangkan kalau di Indonesia, lanjutnya, pemerintah seakan tidak peduli dengan industri tersebut.

"Kalau di Indonesia, pemerintah gak mau tahu. Mana mau membantu pengusaha. Pokoknya pengusaha kalau mau bikin ya bikin sendiri saja," tukas dia.

"Ya tetap lah kita alih teknologi itu perlu. Nah itu kan kita perlu orang, perlu tenaga ahli (tim kreatif) di situ. Sedangkan untuk penyediaan tenaga kreatif bagi industri lokal itu mahal. Jadi pemerintah itu perlu turun tangan. Khususnya Kementerian Perindustrian," imbuhnya.

Saat ini, ungkap Sutjiadi, mainan di dalam negeri masih didominasi oleh produk impor. Di mana berdasarkan datanya, 55% mainan yang ada di dalam negeri merupakan produk impor, dan 45% sisanya baru produk lokal.

"Dulu kan sekitar 35% lokal, 65% impor. Nah tahun ini sudah berbanding sama lah, yaitu 45% lokal dan 55% masih dari impor," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sutjiadi menyebut bahan baku mainan di China harganya juga jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia. Seperti misalnya baut, di Indonesia harga satu buah baut dibanderol Rp 50, sedangkan harga baut dari China hanya dibanderol Rp 10 sudah beserta ongkos kirim ke Indonesia.

"Bahan baku pembuatan sih gak masalah, cuman memang 60% masih impor. Contohnya baut. Baut ada di indonesia tapi harganya Rp50 perak satu baut, nah kalau kita impor dari China itu Rp10 perak sudah sampai gudang kita. Nah selisihnya 40 perak, jauh. Dalam satu mainan ada 10 baut, berarti sudah Rp 400 perak selisihnya, nah bagaimana kita bisa bersaing gitu kan. Bagaimana kita bisa bersaing dengan China, itu saja dari segi satu bahan saja kita selisihnya sudah 400 perak," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Barang China Bisa Murah Banget di RI Kini Terungkap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular