Singapura 'Babak Belur', Lawan Inflasi Rugi Rp345 Triliun

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
05 July 2023 16:04
Monetary Authority of Singapore (MAS), Bank Sentral Singapura
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) mengungkapkan, pihaknya harus menanggung kerugian atau net loss hingga US$ 23 miliar demi untuk memperketat kebijakan moneternya dalam memerangi inflasi.

Direktur Pelaksana Otoritas Moneter Singapura Ravi Menon mengungkapkan, cadangan devisa yang dimiliki otoritas terkuras habis untuk meredam tingginya lonjakan harga di negaranya.

Otoritas Keuangan Singapura mencatat, hingga Maret 2023 kerugian yang dialaminya mencapai 30,8 miliar dolar Singapura.

"Mencerminkan dampak pengetatan kebijakan moneter untuk menurunkan inflasi. Ini merupakan kerugian terbesar yang pernah tercatat oleh otoritas," jelas Ravi Menon dalam rilis laporan tahunannya dikutip dari AFP, Rabu (5/7/2023).

Lebih lanjut, Menon mengungkapkan 70% dari kerugiannya atau sebesar 21,4 miliar dolar Singapura diperuntukkan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar dolar Singapura.

Sementara 30% sisanya, untuk melakukan operasi pasar uang untuk membersihkan kelebihan likuiditas dalam sistem perbankan. "Inflasi jelas memuncak dan telah dimoderasi," ujar Menon.

Menon merinci, inflasi inti pada basis tahunan yang disesuaikan secara musiman, turun tajam dari level tertinggi 9,1% pada Juni 2022 menjadi 3,6% pada Mei 2023.

Oleh karena itu, Menon memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi Singapura telah meredup dan ekonomi akan beroperasi sedikit di bawah kapasitas dasarnya. Sebab manufaktur dan jasa keuangan, yang menjadi dua pilar ekonomi utama Negara Singa itu terhenti dalam beberapa kuartal terakhir.

"Pertumbuhan ekonomi akan tetap lemah dalam waktu dekat," ujarnya.

Adapun Kementerian Perdagangan Singapura pada Mei 2023, memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 0,5% sampai 2,5%.

Sebagai gambaran, bank-bank sentral di seluruh dunia telah memulai kampanye untuk meredam dampak kenaikan harga setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina sejak tahun lalu, yang mengganggu pasokan minyak dan gas di seluruh dunia.

Banyak bank-bank sentral yang kemudian menaikkan suku bunganya dalam pertempuran mereka melawan inflasi.

Singapura yang mengimpor sebagian besar barang kebutuhan masyarakatnya, telah memperkuat nilai tukarnya untuk demi membuat barang impor lebih murah.

Pada akhirnya yang dilakukan Singapura demi melawan inflasi itu menyebabkan kerugian besar atau telah menggerus banyak cadangan devisanya.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Singapura di Atas Ekspektasi, Harga Memanas Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular