Kurangi Ketergantungan Pupuk Kimia, IPB Punya Terobosan Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Pusat Studi Sawit Institut Pertanian Bogor (IPB) Budi Mulyanto mengungkapkan ada beberapa alternatif pengganti pupuk yang bisa digunakan untuk menjaga produktivitas kelapa sawit. Penggunaan limbah sawit, fly ash bottom ash (limbah sisa pembakaran batu bara), hingga tanaman di sekitar perkebunan disebut bisa digunakan di perkebunan kelapa sawit.
"Banyak alternatif, seperti limbah sawit adalah unsur hara yang penting. Kalau kita kembalikan ke kebun itu menolong sebagai pupuk yang dibutuhkan. Sudah ada treatment penelitian kami dibuktikan dari proses tempat itu dikembalikan ke kebun jadi penting," ujar Budi dalam CNBC Indonesia Sawit Week, Selasa (4/7/2023).
Dia mengatakan dengan menggunakan limbah sawit di perkebunan bisa meningkatkan kualitas tanah dan menjaga produktivitas. Budi mengatakan pihaknya juga tengah melakukan penelitian penggunaan limbah sisa pembakaran batu bara atau FABA. Penggunaan limbah batu bara ini disebut berdampak besar untuk mengurangi ketergantungan pupuk terutama pupuk kimia.
"Satu lagi yang terpikir oleh kami adalah kalau menggunakan tanaman pengganggu di sekitar pohon juga akan membantu, karena tanaman tersebut lama-lama akan melepaskan unsur hara," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan penggunaan pupuk organik bisa menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Dia menyebutkan pupuk organik seperti pupuk kandang dan hayati lebih mudah ditemukan, serta mampu menjaga kualitas tanah.
"Sudah ada beberapa studi yang kami lakukan untuk alternatif pupuk organik, seperti pupuk hayati yang memberikan manfaat bagi tanah dan (mencegah) penyakit tanaman sawit," ujarnya.
Pupuk hijau dari kacang-kacangan, jagung, dan kelapa memberikan nutrisi tambahan untuk produk sawit. Selain meningkatkan produktivitas, Puji menegaskan BRIN terus melakukan kajian keberlanjutan kelapa sawit.
Dengan begitu kombinasi pupuk organik ini dapat meningkatkan unsur hara, menjaga kualitas tanah, dan mengurangi ketergantungan pupuk sintesis.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan pupuk mempengaruhi 50% produktivitas kelapa sawit selain peremajaan. Sayangnya harga pupuk sangat tinggi dalam satu tahun terakhir, sehingga mempengaruhi kelanjutan produksi.
"Bersama KLKH kami adakan program teknologi modifikasi cuaca untuk membasahi wilayah sawit yang mengalami kekeringan, sehingga berdampak pada produktivitas," kata Mukti.
(rah/rah)