
7 Fakta Civil War Buat Prancis Chaos, China-Israel Ngamuk

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis dilanda demonstrasi dan kerusuhan massal yang disebut sejumlah media barat mengarah ke perang sipil atau civil war. Para pendemo bahkan melakukan penjarahan di beberapa titik serta membakar mobil dan toko-toko tertentu, selama lima hari berturut-turut, sejak Rabu pekan lalu.
Hal ini merupakan buntut dari penembakan polisi terhadap seorang pemuda 17 tahun berketurunan Aljazair, Nahel Merzouk. Ia ditembak dari jarak dekat sesaat setelah mobilnya hendak diberhentikan polisi.
Berikut fakta-fakta terkait kerusuhan Prancis dirangkum CNBC Indonesia, Selasa, (4/7/2023):
1. Kronologi
Semua bermula saat Nahel mengemudikan mobil dan melanggar lalu lintas, 27 Juni lalu. Polisi yang tidak terima mengejarnya untuk berhenti.
Akibat tidak patuh, polisi pun mengeluarkan tembakan yang tepat mengenai dada Nahel. Pemuda asal Nanterre itu seketika tewas.
Sebuah video yang beredar di media sosial, yang diautentikasi oleh kantor berita Prancis AFP, juga menunjukkan bagaimana dua petugas polisi berusaha menghentikan kendaraan. Di mana salah satunya menodongkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela dan menembak dari jarak dekat ketika pemuda tersebut tampaknya terus mengemudi.
Mobil itu bergerak beberapa puluh meter sebelum akhirnya berhenti karena menabrak.
Kematian pemuda itu telah memicu kembali perdebatan tentang kepolisian di komunitas terpinggirkan Prancis. Ini menimbulkan pertanyaan apakah ras merupakan faktor dalam kematiannya.
Sejak itu, terjadilah aksi demonstrasi di beberapa titik di ibu kota Prancis. Semula aksi dilakukan seperti demonstrasi pada umumnya.
Massa hanya berorasi, melakukan blokade jalan, dan membentangkan bendera dan spanduk berisikan kalimat protes. Namun, esoknya massa menjadi beringas.
Aksi yang semula sebagai unjuk solidaritas berubah menjadi kerusuhan besar. Beberapa toko dirusak dan dijarah hing rumah walikota bahkan dibakar.
2. Siapa Nahel Merzouk?
Nahel Merzouk sendiri adalah anak tunggal yang dibesarkan oleh ibunya tanpa seorang ayah. Ia bekerja sebagai supir pengiriman makanan.
Di waktu senggang, ia diketahui juga bermain di rugby. Ia menjadi salah satu atlet lokal di Pvale Citoyen, salah satu bagian dari asosiasi di Prancis.
Ia sebenarnya terdaftar di perguruan tinggi di Suresnes. Namun, catatan kehadirannya di perguruan tinggi buruk.
Meski demikian keluarganya mengatakan ia anak baik. Beberapa mengatakan ia menggantungkan diri ke rugby dan kerja paruh waktu untuk bertahan hidup.
3. Kerusakan dan Penangkapan
Pada Sabtu malam hingga Minggu, ribuan orang ditangkap akibat kerusuhan. Sebanyak 1.300 di Jumat, 719 di Sabtu dan 49 Minggu.
Sebanyak 2.560 kebakaran dilaporkan terjadi di jalan umum. Rumah wali kota L'Haÿ-les-Roses, Vincent Jeanbrun, yang berada sekitar 15 kilometer selatan Paris juga menjadi sasaran massa.
Dalam video yang diunggah akun Twitter @spectatorindex, sebuah apartemen terlihat dalam kobaran api di wilayah Grigny.
Tak hanya di Paris, kerusuhan juga dilaporkan terjadi di kota-kota lainnya seperti Marseille dan Lyon.
4. Rumah Wali Kota Dibakar
Wali kota salah satu komune Paris L'Haÿ-les-Roses, Vincent Jeanbrun, mengatakan pada pukul satu malam pada hari Minggu, demonstran menabrakkan mobil mereka ke tempat tinggalnya. Mereka kemudian membakar kendaraan tersebut untuk menyulut api dan membakar seisi rumah.
"Saat berusaha melindungi anak-anak dan melarikan diri dari penyerang, istri saya dan salah satu anak saya terluka," ujarnya dikutip CNN International.
"Saya tidak memiliki kata-kata yang cukup kuat untuk menggambarkan emosinya terhadap kengerian malam ini dan berterima kasih kepada polisi dan layanan penyelamatan atas bantuan mereka," tambahnya.
5. Respon Macron
Menanggapi situasi darurat ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron membatalkan lawatannya ke Jerman. Ia memutuskan bertemu menteri dan pejabat senior di Paris.
"Saya meminta para menteri untuk terus melakukan segalanya untuk memulihkan ketertiban dan menjamin kembalinya ketenangan," ujarnya dikutip BBC News.
Macron mengatakan ia tetap teguh di samping pasukan keamanan yang berusaha memulihkan ketenangan di jalanan. Ia juga akan bertemu dengan para pemimpin parlemen pada hari Senin, dan lebih dari 220 walikota dari kota-kota yang terkena dampak kerusuhan pada hari Selasa.
Sementara itu, Mantan Presiden Prancis Francois Hollande telah berbicara tentang kerusuhan yang menurutnya bukanlah persoalan imigrasi semata. Ia menyerukan model sosial dan republik negara itu yang perlu pendalaman.
"Satu-satunya prinsip yang valid adalah persatuan nasional. Persatuan nasional untuk mendukung keluarga muda Nahel, persatuan nasional untuk keadilan, dan dukungan untuk penegakan hukum dan otoritas publik," katanya.
6. China & Israel Ngamuk
Pemerintah China pimpinan Presiden Xi Jinping melayangkan nota komplain kepada Prancis sehubungan dengan kerusuhan yang menimpa negara itu. Hal ini dikarenakan kericuhan telah ikut mengancam rombongan turis asal China.
Sebuah video yang beredar menunjukan 41 orang turis China yang terjebak dalam bus wisata yang diserang oleh para pendemo di kota Marseille, Jumat. Terlihat kaca bus pecah dan menimbulkan luka ringan bagi beberapa turis.
Setelah dilakukan pendalaman dan konfirmasi, pihak China melayangkan komplain kepada pihak Prancis. Beijing meminta Paris agar dapat memastikan keamanan warganya.
"Warga China di Prancis harus memperkuat keamanan pribadi, kendaraan, tempat tinggal, dan toko dengan mengontak kepolisian atau Kedutaan dan Konsulat di Prancis bila terjadi keadaan darurat," tambah keterangan Kementerian Luar Negeri China dikutip Hindustan Times.
Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut negaranya mengutuk serangan terhadap sasaran Yahudi dalam kerusuhan di seluruh Prancis tersebut. Pasalnya, ada serangan yang bahkan mengarah ke situs Yahudi seperti situs peringatan Holocaust di Paris
"Pemerintah memandang dengan penuh perhatian terhadap tampilan dan gelombang antisemitisme yang melanda Prancis," kata Netanyahu pada awal pertemuan kabinet dilansir The Jerusalem Post.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah menyaksikan serangan kriminal terhadap sasaran Yahudi. Kami sangat mengutuk serangan ini dan kami mendukung pemerintah Prancis dalam perjuangannya melawan antisemitisme," tambahnya.
7. Kerugian Ekonomi
Biaya kerugian ekonomi meningkat di Prancis setelah kerusuhan. Beberapa kekerasan dan penjarahan terburuk dilaporkan terjadi di kota pelabuhan selatan Marseille, di mana 400 bisnis dirusak.
"Semua jenis bisnis telah menjadi sasaran, terutama yang memiliki barang dagangan berharga," kata Kepala Kamar Dagang dan Industri untuk Aix-Marseille-Provence, Jean-Luc Chauvin, kepada France Info.
"Perkiraan awal oleh perusahaan asuransi telah menyebutkan biaya kerusakan lebih dari US$109 juta (Rp 1,6 triliun), jumlah yang pasti akan meningkat," tambahnya.
Menurut Chauvin, untuk beberapa toko perlu waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki kerusakan, khususnya yang dibakar atau yang stoknya dicuri seluruhnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Nahel Merzouk, Jadi Penyebab 'Civil War' Prancis?
