Tiba-tiba Peternak Minta Keran Impor Jagung Dibuka, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Peternak ayam meminta pemerintah membuka keran impor jagung untuk menetralkan harga di dalam negeri. Dengan begitu, harga daging ayam bisa stabil dan tak berfluktuasi tinggi hingga cetak rekor.
"Kalau bisa, kita nggak usah malu-malu impor untuk menstabilkan harga di dalam negeri ya kita impor saja jagung untuk memenuhi kebutuhan. Mana kala panen ya kita setop sebagaimana kita lakukan dengan beras," kata Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Herry Dermawan dalam Profit CNBC Indonesia, Senin (3/7/2023).
"Kalau memang jagungnya ada seharusnya harganya Rp4.000-an per kg. Kenyatannya kini Rp6.000 per kg. Dan, itu juga nggak dinikmati petani jagung," ujar Herry.
Seperti diketahui, pemerintah memang telah menutup keran impor, dan hanya mengizinkan Perum Bulog sebagai importir tunggal. Hal itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan No 20/2021 Tentang Kebijakan Dan Pengaturan Impor. Di mana, pelarangan ini sebelumnya sudah diberlakukan sejak tahun 2016.
Herry pun menjelaskan penyebab kenaikan harga daging ayam saat ini. Menurutnya, lonjakan harga salah satunya akibat kenaikan harga pakan yang kini sudah berkisar Rp9.000 per kg. Padahal, sebelumnya masih Rp6.000-7.000 per kg.
"Yang mempengaruhi kenaikan macam-macam. Sekarang memang, Alhamdulilah, masyarakat mulai sadar dengan masalah gizi. Sehigga mau membeli daging ayam untuk mendapatkan sumber protein. Dan juga, ada kegiatan keagamaan sehingga harga jadi naik," katanya.
"Tapi, ada juga permasalahan jagung. Karena biaya produksi ayam broiler itu 65%-nya dari bahan baku. Di mana, 50-60% dari baiaya bahan baku itu dari jagung. Jagung saat ini sangat mahal, kisarannya Rp6.000-an," jelasnya.
Menurutnya, kenaikan harga jagung membuktikan neraca jagung nasional yang memang masih kekurangan, bahkan diprediksi bakal minus.
"Kebutuhan 800.000-an ribu ton, pasokan hanya ada 650.000-an ton. Akibatnya, harga jagung naik. Kalau jagung naik, berarti bibit ayam (day old chicken/ DOC) bakal naik. Karena DOC kan dihasilkan indukan yang membutuhkan pakan ayam," kata Herry.
"Lalu kenapa kenaikan harga jagung sampai segitunya? Ini karena memang kita menganut kebijakan melarang impor jagung. Karena jagung tak ada, mau tak mau harus pakai gandum yang diimpor. Yang tadinya kita tak mau impor jagung karena sayang devisa, malah jadi impor gandumnya naik," tukasnya.
Karena itu, dia meminta pemerintah membebaskan kembali impor jagung.
"Peternak nggak minta subsidi atau apa karena memang selama ini belum pernah menikmatinya. Dan, kebijakan pemerintah sekarang memang sudah banyak yang pro peternak ayam. Tapi, belum semua dilaksanakan dengan baik di lapangan. Peternak butuh keberpihakan agar harga stabil dan bisa untung," katanya.
Sementara itu, harga daging ayam terpantau masih stabil tinggi. Bahkan, secara rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran, harga daging ayam ras hari ini, Senin (3/7/2023) naik ke Rp38.690 per kg, dibandingkan sepekan lalu (26/6/6023) tercatat di Rp38.230 per kg.
Data tersebut mengacu pada Panel Harga Badan Pangan.
Harga tertinggi hari ini mencapai Rp50.840 per kg di Kalimantan Utara, dan terendah di Sulawesi Selatan Rp29.770 per kg.
Harga daging ayam saat ini sudah melampaui harga tertinggi tahun lalu yang mencapai Rp38.300 per kg pada Mei 2022. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.
Khusus wilayah Jakarta, harga ayam broiler sudah mencapai Rp55.000 per ekor. Harga itu merupakan harga tertinggi, Informasi Pangan Jakarta mencatat harga itu terjadi di Pasar Rawamangun.
Sedangkan harga terendah Rp35.000 per ekor di Pasar Jatinegara.
Harga rata-rata Jakarta turun Rp2.116 jadi Rp45.525 per ekor.
(dce/dce)