Internasional

Chaos Prancis Seret Situs Yahudi, Israel Ngamuk!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Senin, 03/07/2023 14:20 WIB
Foto: Benjamin Netanyahu. (AFP/RONEN ZVULUN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu buka suara terkait situasi yang sedang terjadi di Prancis saat ini. Ia menyebut negaranya mengutuk serangan terhadap sasaran Yahudi dalam kerusuhan di seluruh Prancis tersebut.

"Pemerintah memandang dengan penuh perhatian terhadap tampilan dan gelombang antisemitisme yang melanda Prancis," kata Netanyahu pada awal pertemuan kabinet Minggu (2/7/2023), dilansir The Jerusalem Post.

"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah menyaksikan serangan kriminal terhadap sasaran Yahudi. Kami sangat mengutuk serangan ini dan kami mendukung pemerintah Prancis dalam perjuangannya melawan antisemitisme," tambahnya.


Diketahui para perusuh merusak situs peringatan Holocaust di Paris, yang dikenal sebagai The Memorial to the Martyrs of the Deportation, selama demonstrasi anti-polisi dengan kekerasan yang sedang berlangsung pada Jumat lalu.

Monumen tersebut menghormati ingatan 200.000 orang yang dikirim dari Vichy Prancis ke kamp konsentrasi Nazi.

Rekaman tugu peringatan yang dirusak telah menjadi viral. Cuplikan video dari kejadian tersebut menunjukkan para perusuh berteriak dan menulis slogan anti-polisi di dinding situs.

"Sungguh mengerikan menyaksikan The Memorial to the Martyrs of the Deportation dirusak," cuit Kongres Yahudi Eropa.

"Tindakan tidak hormat yang memalukan untuk mengenang para korban Holocaust ini harus benar-benar dikutuk dan mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban."

Sekutu Netanyahu dan anggota parlemen Prancis-Israel Meyer Habib, yang mewakili ekspatriat Prancis yang tinggal di wilayah Mediterania Timur, mengatakan pada Sabtu bahwa kerusuhan datang dari daerah di mana antisemitisme dibiarkan berkembang tanpa batas.

"Ini terlihat seperti Intifadah di jantung Prancis," kata Habib. "Prancis sedang terbakar, dengan 249 petugas polisi terluka. Tidak ada, bahkan kematian dramatis seorang pemuda membenarkan kekacauan ini."

Menurut Habib, di daerah-daerah republik yang hilang ini, selama bertahun-tahun telah terjadi pertumbuhan kebencian yang tidak terganggu terhadap Prancis, orang kulit putih, dan Yahudi.

Habib membandingkan tanggapan atas pembunuhan Nahel Merzouk oleh seorang petugas polisi, yang memicu kerusuhan, dengan pembunuhan wanita Yahudi bernama Sarah Halimi (60) yang dibunuh di rumahnya pada 2017 oleh seorang pria yang meneriakkan "Allahu Akbar" sambil menyerangnya.

"Sarah Halimi dipukuli selama 20 menit di depan 20 petugas polisi. Pembunuhnya praktis bebas dan tidak ada yang membuat kerusuhan atau membakar apapun," kata Habib.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Akui Operasi Diam-Diam di Dalam Iran