Kejam! Begini Cara Eropa Bunuh Sawit RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa melakukan berbagai macam cara untuk menekan produk kelapa sawit Indonesia. Cara terakhir yang mereka lakukan adalah dengan memberlakukan Undang Undang Deforestasi per 16 Mei 2023.
Selain itu, Uni Eropa juga menyerang produk kelapa sawit khususnya minyak sawit dengan kampanye negatif. Misalnya dengan isu lingkungan seperti mengancam keanekaragaman hayati (biodiversity) dan isu kesehatan karena mengandung kolesterol.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) akhirnya buka suara. Dirut BPDPKS Eddy Abdurrachman mengungkapkan cara-cara yang dilakukan Uni Eropa murni persaingan dagang. Mereka tidak senang dengan minyak sawit Indonesia yang dianggap lebih kompetitif.
"Memang saya lihat dengan tingkat produktivitas sawit ini, sawit sangat kompetitif dalam perdagangan internasional untuk minyak nabati dikaitkan dengan sun power, soybean oil, dan sebagainya. Ini (minyak sawit) kompetitif sehingga bagi negara penghasil minyak nabati di luar sawit menjadi tantangan," ungkap Eddy di acara Special Dialogue 'Menggapai Sawit Tetap Jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian' CNBC Indonesia, Senin (26/6/2023).
"Sehingga saya lebih melihat ini kompetisi bisnis shng mereka mengambil langkah untuk melakukan kampanye negatif agar menjatuhkan sawit. Banyak isu yang disampaikan dari kesehatan, isu HAM, dan deforestasi," imbuhnya.
Untuk itu, Indonesia tengah berjuang dengan Malaysia untuk menggugat Uni Eropa. Jangan sampai kebijakan yang dilakukan Uni Eropa ini merugikan Indonesia dan Malaysia yang menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Hanya saja Indonesia dan Malaysia belum akan mengajukan gugatan ke Badan Perdagangan Dunia atau WTO. Kedua negara akan melakukan pendekatan terlebih dahulu setidaknya agak Uni Eropa melunak.
"Kita perjuangkan dan rupanya ini memberikan respons positif artinya dari langkah yang kita lakukan pada waktu kita berdialog dengan masyarakat Uni Eropa ini berdampak positif," sebutnya.
Di tempat yang sama Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga menyebut minyak sawit berada di posisi paling rendah peringkat minyak nabati oleh masyarakat Uni Eropa. Padahal minyak sawit punya berbagai keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya.
"Sawit kita diposisikan di bawah padahal sawit nutrisi tinggi, omega ada. Makanya kulit Afrika orangnya gak berjerawat dan gak berkaca mata makanya kita reposisi sawit kita jadi emas bukan loyang," timpal Sahat.
(wur/wur)