
Minyak Goreng Mengandung Kolesterol, Bos Sawit Buka Fakta

Jakarta, CNBC Indonesia - Minyak sawit selama ini dipersepsikan mengandung kolesterol. Persepsi ini begitu kuat sehingga membuat fobia masyarakat untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung minyak sawit seperti gorengan.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Dia menegaskan minyak sawit sama sekali tidak mengandung kolesterol.
"Dokter kita aja jadi korban, mana ada sawit hasilkan kolestrol," ungkap Tungkot saat Special Dialogue CNBC Indonesia, 'Menggapai Sawit Tetap jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian', Senin (26/6/2023).
Tungkot bilang kolesterol dihasilkan oleh minyak dari hewan. Dia menjelaskan persepsi minyak sawit mengandung kolesterol adalah isu negatif yang didengungkan Amerika Serikat (AS) sejak lama. Sehingga banyak kalangan terjebak persepsi ini.
![]() Pekerja memasukkan minyak goreng curah kedalam jiregen minyak di toko agen minyak goreng curah di kawasan Cipete, Jakarta, 29/10. Di tengah mahalnya harga minyak goreng (migor) karena kenaikan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) hingga 35 persen, membuat industri sawit nasional untung besar. Minyak goreng curah di Jakarta mengalami kenaikan. Untuk satu jeriken ukuran 17 kg dijual dengan harga Rp299.000. Mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin (25/10/2021), jenis minyak goreng yang mengalami lonjakan adalah minyak goreng kemasan bermerek 1, minyak goreng kemasan bermerek 2, serta minyak goreng curah. Di pasar tradisional kenaikan berkisar Rp 2 ribu sampai Rp 4 ribu per liternya. Harga minyak goreng naik serempak, baik curah maupun kemasan bermerek. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) |
"Kolestrol hanya dihasilkan hewan dan manusia, itu sudah didengungkan AS dulu. Maka dokter Indonesia kemakan, itulah korban. Kita harus lakukan edukasi publik terus menerus, tidak mudah merubah persepsi, butuh waktu kesabaran dan konsistensi hari ke hari," tuturnya.
Persepsi ini lanjut Tungkot adalah bagian dari kampanye negatif. Tidak hanya isu minyak sawit mengandung kolesterol, tapi juga lingkungan seperti keberadaan kelapa sawit merusak biodiversity (keanekaragaman hayati).
"Jadi pemerintah melakukan penolakan UU Deforestasi UE (Uni Eropa) sangat tepat agar masyarakat kita dan dunia tidak tersesat," jelasnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Umur Berapa Kamu Tahu Kalau Lipstik Ada Sawitnya?