
Menang Banyak Libur Bablas 5 Hari Diprotes Buruh, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambahan cuti bersama libur Iduladha 2023 mendapat kritik dari pengusaha dan diprotes pekerja. Pasalnya, penambahan cuti bersama menjadikan ada libur panjang sebanyak 5 hari pekan depan, jika ditambah libur akhir pekan.
Libur sebanyak 5 hari ini dikeluhkan karena merugikan pengusaha dan pekerja. Sebab, pekerja akan kehilangan hak cuti tahunan. Dan, jika perusahaan memutuskan libur, pekerja akan kehilangan pemasukan dari insentif-insentif saat bekerja.
"Ya saya memahami teman-teman serikat pekerja juga pasti akan tidak senang dengan dadakannya SKB (Surat Keputusan Bersama) libur nasional ini. Mengapa? Karena ada jadwal yang sudah direncanakan. Teman-teman pekerja di industri manufaktur kan ada jadwal shift kerja, nah ketika ada jadwal shift kerja kan ada tunjangan-tunjangan di situ, ada tunjangan transport, tunjangan makan, macam-macam lah, dan ada bonus insentif di situ," kata Direktur Eksekutif Badan Pengurus Pusat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Danang Girindrawardana kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/6/2023).
"Nah kalau tiba-tiba libur kan hal-hal itu jadi hilang, ketika perusahaan memutuskan untuk 'ya udah libur ikuti pemerintah', kan hak-hak pekerja jadi hilang. Lagipula ketika libur kan mereka terpaksa kehilangan hak cuti tahunannya itu loh," lanjutnya.
Selain itu, dia menambahkan, pekerja pun tak akan siap jika tiba-tiba pemerintah memberlakukan libur panjang.
"Dan lagi pula, dari sisi ekonomi teman-teman dari serikat pekerja kita kan memang tidak mempersiapkan diri untuk libur. Kalau tiba-tiba libur seperti itu tabungannya atau uang-uang mereka kan menjadi terpaksa dikeluarkan untuk jalan-jalan atau ke tempat wisata," tukasnya.
Danang menilai pemerintah kurang cermat dan seharusnya sudah bisa menetapkan libur nasion dari tahun sebelumnya, sehingga tidak mendadak seperti ini.
"Jadi sebenarnya pemerintah kurang cermat ya, 3 Menteri ini kurang cermat untuk membuat SKB mendadak seperti ini. Kan tahun-tahun sebelumnya juga pernah terjadi dan kita pernah mengeluhkan, apalagi yang libur keagamaan seperti ini terletak di hari kejepit atau mendekati hari weekend, kan sudah bisa direncanakan dari tahun lalu," ujarnya.
Danang mengaku tak keberatan dengan libur nasional ini. Hanya saja, kata dia, seharusnya pemerintah sudah menetapkan itu dari jauh-jauh hari, sehingga seluruh pihak bisa mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatunya, sehingga tidak akan mengganggu produktivitas kerja industri.
"Sebenarnya kita mendukung hari libur nasional keagamaan yang ditambahkan. Tidak apa-apa, tapi planning-nya harus jauh-jauh bulan sebelumnya gitu. Ini tinggal 1 minggu ke depan SKB baru ditandatangani, kan pemerintah egois banget, tidak memperhatikan adanya industri-industri yang mengalami kesulitan, tidak memperhatikan adanya para pegawai yang mengalami kesulitan," pungkas Danang.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, jumlah hari libur di Indonesia terlalu banyak. Hal itu, kata dia, akibat kebijakan pemerintah yang tidak terukur dalam satu tahun kalender kerja.
"Akibatnya pengusaha harus merubah hari kerjanya dalam satu tahun kalender kerja dan membuat negara tujuan ekspor protes karena di Indonesia libur tapi di negara tujuan ekspor tidak libur," katanya.
"Apabila ini dibiarkan terus maka akan mengurangi daya saing produk Indonesia. Itulah sebabnya kenapa investor lebih senang investasi di Vietnam, Thailand, dan China ketimbang Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus menetapkan kepastian waktu dan jumlah hari libur sehingga pengusaha bisa membuat kalender kerja yang pasti, terutama perusahaan yang berorientasi ekspor," pungkas Said Iqbal.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pekan Depan Libur Panjang 5 Hari, Begini Kerugian Pengusaha
