Hore! Libur Idul Adha 3 Hari Bisa Jadi Berkah Buat Ekonomi RI

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
21 June 2023 11:11
Salat Idul Adha di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (31/7/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Salat Idul Adha di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Jumat (31/7/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan mendadak Presiden Joko Widodo mengubah jadwal libur pada hari raya Idul Adha 2023 mendapat kritikan dari kalangan pengusaha, karena mengganggu produktivitas. Namun, ternyata juga ada sisi positifnya bagi ekonomi, yaitu terdorongnya konsumsi masyarakat.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan, potensi berkah dari tambahan libur Idul Adha ini disebabkan struktur ekonomi Indonesia paling besar selalu ditopang konsumsi. Salah satu stimulus untuk mendorong konsumsi masyarakat itu pun dari hari libur.

"Seperti kita ketahui, dengan libur ini tentu akan mendorong aktivitas konsumsi dalam negeri yang lebih kuat, karena memang sektor konsumsi ini merupakan sektor yang memiliki porsi terbesar dalam kegiatan ekonomi kita," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/6/2023).

Dengan begitu, sektor industri yang berhubungan dengan konsumsi menurutnya juga akan terdorong, seperti sektor transportasi, restoran, penjualan ritel, penjualan barang-barang konsumsi, hotel, serta makanan dan minuman.

Namun, dia mengakui, stimulus mendorong konsumsi ini tentu akan memakan korban, yakni dari sisi produksi. Industri-industri manufaktur atau lainnya yang sangat berhubungan dengan produksi tentu akan tertekan karena mereka menanggung biaya yang konstan meski aktivitas produksinya turun.

Tapi, dia mengingatkan, produktivitas mereka juga sebetulnya belum optimal karena belum kondusifnya perekonomian global. Akibatnya, permintaan barang dan jasa masih rendah, termasuk untuk ekspor, tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Mei 2023 yang anjlok ke level 50,3 dari level April 52,7.

"Memang saat ini kondisi sektor-sektor itu pun tengah menurun sekarang karena situasi global relatif belum kondusif dan tentunya ini juga berdampak terhadap permintaan untuk komoditas hasil manufaktur kita yang memang trennya keliatannya agak menurun," ujar Myrdal.

Oleh sebab itu, Myrdal memperkirakan, dengan stimulus liburan yang mampu mendorong konsumsi dan meningkatnya sektor-sektor usaha terkait, berkontribusi bagi pertambahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 sebesar 0,17%. Dengan begitu secara keseluruhan pada periode itu ekonomi akan tumbuh 5,04-5,05% lebih tinggi dari kuartal I-2023 5,03%.

Proyeksi serupa juga disampaikan, Ketua Departemen Ekonomi CSIS Fajar B. Hirawan. Meskipun sumbangan industri yang biasanya cuan selama libur panjang, seperti akomodasi, makanan dan minuman, serta transportasi dan pergudangan tidak besar dibanding industri pengolahan, tapi dampak konsumsi menurutnya memang akan kembali mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal II di atas 5%.

Ini menurutnya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada Mei 2023 sebesar 128,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 126,1 pada April 2023. Selain itu, Indeks Penjualan Riil pada bulan itu juga masih naik 0,02% secara tahunan menjadi 234,2. Di tengah turunnya PMI Manufaktur.

"Jadi kuartal II sepertinya akan tetap di atas 5% karena optimisme konsumsi masih cukup baik. Tercermin dari IKK dan indeks penjualan ritel yang masih positif trennya," ujar Fajar.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Menteri Jokowi Bahas Alternatif Libur 2 Hari di Idul Adha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular