
Terungkap, Israel Ingin Penerbangan Haji Langsung ke Arab

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Israel pada Senin (19/6/2023) mengatakan harapan untuk penerbangan langsung ke Arab Saudi untuk ziarah haji umat Muslim tidak akan terjadi tahun ini. Pengumuman tersebut mengecilkan prospek normalisasi hubungan kedua negara yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).
Mendekati musim Ibadah Haji dimulai dari 25 Juni hingga 2 Juli, Kementerian Transportasi Israel melaporkan tidak ada maskapai penerbangan yang mendaftar untuk menjalankan penerbangan khusus ke tujuan Saudi.
Hal tersebut disampaikan oleh seorang pembantu utama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia mengakui hal itu tidak akan terjadi.
"Mungkin untuk haji berikutnya kami akan membantu dalam masalah ini, dan penerbangan (langsung) akan berangkat dari sini," kata Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi kepada radio Kan, seperti dikutip Reuters. "Tapi terlalu dini untuk mengatakannya."
Pusat kekuatan regional Arab Saudi sebelumnya memberikan persetujuan diam-diam kepada tetangga Teluk Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020. Tetapi negara itu menunda untuk mengikuti, mengatakan tujuan kenegaraan Palestina harus ditangani terlebih dahulu.
Hanya saja, pejabat Israel dan AS masih tetap berharap kerajaan itu, rumah bagi dua situs paling suci Islam, mungkin sebagai isyarat niat baik membiarkan anggota minoritas Muslim Israel yang 18% bisa terbang langsung untuk haji tahun ini. Namun, Riyadh tidak pernah secara resmi menawarkan itu.
Pemerintahan Joe Biden menggambarkan normalisasi Israel-Saudi sebagai kepentingan keamanan nasional AS. Ini juga merupakan tujuan utama kebijakan luar negeri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Tetapi Hanegbi juga mengatakan normalisasi adalah "jalan keluar" karena, menurutnya, itu akan bergantung pada penanganan ketegangan antara Riyadh dan Washington.
"Karena kami mengira kesepakatan Saudi-AS adalah pendahulu untuk setiap kesepakatan damai (Israel) dengan Riyadh, kami menilai bahwa ... kemungkinan besar hal itu tidak akan terwujud," tambah Hanegbi kepada media Israel Hayom.
Sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan Riyadh menginginkan dukungan AS untuk program nuklir sipilnya dengan imbalan normalisasi dengan Israel, yang pada bagiannya telah menyuarakan keraguan atas quid-pro-quo semacam itu.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 221 Ribu Jamaah RI Pergi Haji di 2023, Ini Bandara Tersibuk
