Krisis Baru Hampiri Bumi, Indonesia pun Ikut Kena!

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Senin, 19/06/2023 15:30 WIB
Foto: Ilustrasi Pupuk. (SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis pupuk global diprediksi bakal terus berlanjut dan jadi ancaman bagi keberlangsungan pangan di seluruh dunia. Asosiasi pupuk internasional (International Fertilizer Association/ IFA) memperingatkan ancaman lonjakan harga dan keterbatasan pasokan akan mengancam aktivitas petani.

Melansir World Grain, krisis pupuk yang telah berlangsung sejak tahun 2022 terjadi menyusul perang Rusia-Ukraina, disusul sanksi ekonomi negara-negara Barat terhadap Rusia dan Belarus. Yang memaksa petani memangkas penggunaan pupuk, dan kemudian memangkas produksi biji-bijian di sejumlah negara.

"Sanksi menimbulkan munculnya efek lanjutan, biaya bahan baku tinggi, dan pembatasan ekspor menyebabkan berkurangnya pasokan pupuk secara dramatis. Pasar pun terganggu, terutama di segmen harga terjangkau," kata Direktur IFA Laura Cross dikutip Senin (19/6/2023).


"Sejak saat itu, pasar untuk nitrogen dan fosfat stabil, namun yang lain tetap terganggu, dalam hal ini kalium," tambahnya.

Dia mengatakan, terjadi penurunan drastis penggunaan pupuk di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan, selama 2 periode tahun 2021-2022.

"Secara relatif, tiga wilayah mengurangi penggunaan pupuk setidaknya 10% selama dua tahun adalah Asia Barat (turun 17%), Eropa Barat dan Tengah (turun 15%) dan Afrika (turun 14%)," katanya.

Sementara itu, asosiasi produsen pupuk Rusia, Russian Association of Fertilizer Producers (RAPU) menyebutkan, penurunan konsumsi pupuk di berbagai belahan bumi akan mengancam pasokan pangan secara global.

"Penurunan penggunaan pupuk di beberapa wilayah di dunia akibat sanksi Barat terhadap Rusia pada 2023 mengancam akan menyebabkan bencana pangan global," sebut RAPU.

Asosiasi itu pun meminta sanksi atas Rusia segera dicabut, sebab pembatasan ekspor dan pasokan ke pasar, termasuk teknologi Rusia, justru akan memicu kerusakan serius bagi ketahanan pangan dunia.

Di sisi lain, Bank Dunia memperkirakan selama tahun 2023 dan 2024 harga pupuk dunia akan turun secara bertahap.

Secara khusus, harga per ton untuk urea, diamonium fosfat dan kalium klorida masing-masing akan mencapai $650 dan $600, $750 dan $650, serta $500 dan $479.

Sumber baru pupuk berbasis nitrogen di Turki dan pupuk kalium di Brasil sebagian akan mengimbangi tekanan harga dan mengurangi risiko kekurangan pasokan.

Sebelumnya, krisis pupuk pun sempat jadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengungkapkan, kebutuhan pupuk nasional mencapai 13 juta ton, sementara produksi di dalam negeri hanya 3,5 juta ton.

Akibatnya, Indonesia masih harus mengandalkan pasokan impor. Hanya saja, akibat efek domino perang Rusia-Ukraina terhadap pasokan pupuk global, Indonesia pun kena imbasnya. Sebab, kata Jokowi, Indonesia mengimpor pupuk dari kedua negara tersebut.

Untuk itu, kata dia, pemerintah tengah berupaya mengatasi efek domino krisis pupuk global tersebut.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Putar Otak" Kemenko Pangan Atasi Masalah Sampah Makanan