Menperin Pede RI Bisa Lolos dari 'Lembah Horor', Ini Caranya

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
16 June 2023 17:15
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita saat Rapat Kerja Kementerian Perindustrian, Jumat (16/6/2023]. (Dok: Humas Kemenperin)
Foto: (Dok: Humas Kemenperin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan Indonesia bisa kok keluar dari middle income trap. Caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas industri yang diiringi dengan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Sebagai informasi, middle income trap merupakan suatu kondisi di mana negara berkembang tak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.

"Kalau kita bicara soal backward linkage dan forward linkage bukan hanya di otomotif. Kalau kita tarik ke atas backward and forward linkage, yang dihasilkan dari sektor manufaktur sangat-sangat besar, yang pasti bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia," ungkap Agus saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2023 di Jakarta, Jumat (16/6/2023).

Adapun target Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada tahun 2025, yakni pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas bisa mencapai 6,4%. Selanjutnya, kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB juga ditargetkan sebesar 19,2% pada tahun tersebut. Kemudian, kontribusi ekspor produk industri pengolahan nonmigas terhadap total ekspor sebesar 78% pada tahun 2025.

Sementara itu, Agus menuturkan, sejak Indonesia masuk dalam penilaian Purchasing Managers Index (PMI) pada tahun 2011, belum pernah dalam sejarahnya selama setahun penuh Indonesia selalu dalam ekspansi.

"Ini terjadi sepanjang 2022 lalu dimana selama 17 bulan berturut-turut PMI Indonesia ekspansi," ujarnya.

Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa PMI sejak awal tahun 2023 sebetulnya pada kondisi ekspansif, namun tidak se ekspansif tahun sebelumnya dan ada kecenderungan tumbuh melambat, sehingga pada perkembangannya, terdapat tiga nilai PMI yang mendekati angka 50 atau tidak terjadi ekspansi yang berarti. Salah satunya pada PMI bulan Mei 2023.

Ilustrasi pabrik sepatu. (AP/Andy Wong)Foto: Ilustrasi pabrik sepatu. (AP/Andy Wong)
Ilustrasi pabrik sepatu. (AP/Andy Wong)

"Kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di ASEAN dan negara ekonomi besar dunia," ujarnya.

Hal serupa juga tercermin dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI), sejak Januari hingga Mei 2023 nilai IKI tercatat masih dalam kondisi ekspansif, namun cenderung melambat. Adapun alasan dari penurunan nilai IKI Mei 2023 terjadi karena penurunan nilai variabel Pesanan Baru sebesar 0.73 poin (menjadi 49.84) dan variabel Produksi yang menurun 2.07 poin (menjadi 50.01).

Di sisi lain, variabel Persediaan mengalami kenaikan 2.67 poin (menjadi 54.90). Kondisi ini menunjukkan kegiatan produksi di bulan Mei hampir sama dengan bulan April, disebabkan oleh volume pesanan baru yang mengalami penurunan, sementara itu industri menghabiskan persediaan produknya untuk dijual.

"Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel Pesanan Baru," tutur dia.

Meskipun Purchasing Managers Index (PMI) menunjukkan angka yang relatif menurun. Agus menyampaikan, berdasarkan hasil survei IKI terdapat 66,2% pelaku usaha yang optimistis terhadap kondisi perekonomian.

"Jadi, PMI nya relatif turun tapi optimismenya naik, ini survei mereka mengatakan optimis karena itu mereka percaya bahwa global market akan segera membaik akan segera pulih dan juga mereka mengakui bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini cukup baik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Subsidi, RI 'Perang' Kendaraan Listrik dengan Thailand

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular