3 Tahun Sumbang Devisa, Kini 3 Komoditas Andalan RI Lesu

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 June 2023 16:10
Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga komoditas unggulan ekspor Indonesia, yakni besi dan baja, minyak kelapa sawit, serta batu bara terus mengalami kemerosotan harga beberapa bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, untuk nilai ekspor besi dan baja terus mengalami penurunan. Pada Mei 2023 nilainya sudah sebesar US$ 2,02 miliar, lebih rendah dari April 2023 US$ 2,16 miliar.

"Tiga tahun terakhir besi dan baja cukup signifikan beri devisa ke negara kita, nilai nya itu bervariasi tapi untuk khusus Mei itu ada kecenderungan menurun," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud saat konferensi pers secara daring, Kamis (15/6/2023).

Terus merosotnya nilai ekspor besi dan baja itu dipengaruhi oleh harganya uang juga terus merosot. Per Mei 2023 sudah ke level US$ 105,2 per metrik ton, turun sekitar 10,43% mtm dan 19,86% yoy. Padah dari sisi volume ekspornya naik menjadi 1,5 juta ton.

"Jadi besi dan baja meski secara nilai dibanding bulan sebelumnya April ada penurunan tapi secara volume ada tren kenaikan bahkan kalau kita lihat dari Januari sampai Mei," ucapnya.

Komoditas andalan ekspor yang mengalami kemerosotan secara nilai adalah batubara yang kini sudah hanya sebesar US$ 3 miliar dari sebelumnya mampu di level kisaran atas US$ dolar tahun lalu. Dari sisi volume pun sudah merosot ke level 31,6 juta ton dan harganya menjadi US$ 160,5 per metrik ton.

"Kalau kita lihat secara price batu bara di pasar global kami catat Mei sebesar US$ 160 per metrik ton, secara volume trennya Mei ada sedikit penurunan dibanding bulan sebelumnya," tutur Edy.

Terakhir adalah komoditas minyak kelapa sawit, yang hingga Mei 2023 nilai ekspornya sudah ke level US$ 1,5 miliar. Padahal pada pertengahan 2022 atau sektiar bulan Agustus nilai ekspornya hampir menyentuh level US$ 4 miliar.

Turunnya nilai ekspor minyak kelapa sawit ini menurut Edy tidak terlepas dari penurunan harganya yang kini telah berada di level US$ 934,1 per metrik ton meskipun dari sisi volume mulai ada kenaikan ke level 1,6 juta ton pada Mei 2023.

"CPO sebetulnya price-nya cenderung datar mulai di pertengahan tahun lalu sampai tahun ini, sehingga volumenya dari Januari sampai Mei ada penurunan tapi khusus Mei ada kenaikan dibanding April," ucapnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Pakai Orangutan Sebagai Alat Diplomasi Kelapa Sawit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular