Bos Bulog Vs Mentan: Beda Pendapat Harga Beras, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) tak sepakat soal harga beras di Indonesia. Hal itu terlihat saat keduanya hadir dalam Rapat Kerja Mentan bersama Komisi IV DPR, Selasa (13/6/2023).
Syahrul mengatakan, harga beras di Indonesia saat ini masih terbilang wajar. Di sisi lain, dia menambahkan, tahun 2023-2024 bukan tahun biasa bagi pertanian (pangan) dan penuh tantangan lapangan.
"Bukan karena cuaca, tapi persoalan distribusi dan sistem logistik kawasan barat dan timur Indonesia," ujar Syahrul saat
Contohnya, kata dia, pengiriman barang dengan kapal laut ke kawasan timur Indonesia masih sedikit. Belum lagi, katanya, kapal yang berangkat ke timur dipenuhi barang, namun kosong saat kembali ke daerah produksi/ pemasok.
"Walau pun dinamika kami berempat sangat tinggi, kementerian, Badan (Badan Pangan Nasional/ Bapanas), dan Bulog dan lain-lain sangat tinggi, kami selalu satu hati," katanya.
"Menjaga Republik ini, 280 juta orang nggak gampang. 3 tahun nggak ada yang mengeluh kekurangan makan, dan ini kerja kita semua. 3 tahun bantalannya pertanian, orang nggak pernah ngeluh tentang makanan, pangan kita," katanya.
Belum lagi, lanjut dia, FAO mencatat produktivitas petani padi Indonesia nomor 2 tertinggi di Asia, yaitu 5,19 ton gabah kering giling (GKG) per ha, setelah Vietnam yang 5,82 ton GKG per ha. Data itu adalah data tahun 2018.
"Tapi kan jumlah kita besar, pembaginya juga besar, dan 17 ribu pulau. Jadi, kalau harga naik, kalau saya ditanya sebagai Menteri Pertanian, ini harga yang wajarlah," katanya.
"Bagaimana kita mem-balance-kan pendapatan petani supaya dia tetap bergairah. Konsumen kita juga sangat besar harus dijaga. Dan, saya kira apa yang dilakukan Bulog dan Bapanas sudah betul lah. Dua-dua harus seimbang," cetusnya.
Apalagi, jelas Syahrul, pertanian dipengaruhi faktor-faktor yang tak bisa diprediksi.
"Di lapangan, pangan itu nggak exactly. Ini hari di sini hujan, di sana panas. Kita kadang-kadang harus mundur panennya. Kalau tidak ada intervensi supaya inflasi bisa diturunkan ini juga jadi persoalan," kata Syahrul.
Dia pun memaparkan data harga beras di dunia.
"Ini harga beras di dunia, bukan data kami. Memang ini bukan jadi alasan," kata Syahrul.
Data yang dipaparkan Mentan itu menunjukkan, harga beras di Indonesia jauh di bawah harga beras di Jepang, Iran, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura. Di mana, data itu menempatkan kelima negara ini dengan harga beras termahal, secara berturut-turut posisi 1-5.
Harga beras Indonesia tercatat di posisi ke-30 dengan Rp12.734 per kg. Di bawah Filipina yang Rp14.104, Vietnam yang Rp14.868, dan China Rp16.202 per kg.
Menanggapi hal itu, Buwas mengatakan, harga tersebut adalah untuk harga beras premium.
"Harga beras, seperti yang dipaparkan Mentan tadi terkait harga beras Indonesia termurah, harganya Rp12.000. Kalau di pasaran kita itu adalah premium. Tapi kalau saya melihat data Mentan tadi itu, sepertinya itu beras khusus," katanya.
"Kalau kami beli sekarang, harga impor yang sesuai taste Indonesia, broken 5% itu, sampai di gudang Bulog Rp9.000 per kg. Kalau broken 5% itu premium, karena kalau medium dia nggak akan jual (ekspor)," ujar Buwas.
Sementara itu, Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga beras hari ini, Selasa (13/6/2023), naik di tingkat pedagang eceran.
Harga beras premium naik Rp30 ke Rp13.600 per kg dan medium naik Rp10 ke Rp11.850 per kg. Harga ini adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.
Di mana, harga tertinggi beras premium hari ini mencapai Rp17.700 per kg di Kalimantan Selatan. Dan, harga tertinggi beras medium mencapai Rp13.870 per kg di Maluku Utara.
Harga beras saat ini masih jauh di atas harga beras tahun 2022. Di mana, harga rata-rata beras premium bulan Juni 2022 adalah Rp12.280 per kg dan beras medium rata-rata Rp10.740 per kg di Juni 2022.
(dce/dce)