Internasional

Gawat! Dunia di Ambang 'Tsunami' Ekonomi, Tandanya Kian Jelas

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 June 2023 13:25
08 June 2023, Hesse, Frankfurt/Main: A thunderstorm passes over Frankfurt's bank towers in the morning, while on the left there are already signs of better weather. Photo: Frank Rumpenhorst/dpa (Photo by Frank Rumpenhorst/picture alliance via Getty Images)
Foto: dpa/picture alliance via Getty I/picture alliance

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda kondisi ekonomi global yang memburuk terus timbul. Kali ini, hal itu terlihat dari lemahnya angka produksi sektor manufaktur.

Menurut survei bisnis yang dirilis oleh perusahaan data S&P Global, pabrik-pabrik di Amerika Serikat (AS) dan di seluruh zona euro melaporkan penurunan pesanan baru untuk produk manufaktur pada Mei. Tidak jelas sampai kapan kondisi tersebut akan terjadi.

Data S&P Global menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS jatuh ke wilayah kontraksi pada bulan Mei. Survei serupa yang dirilis oleh Institute for Supply Management menunjukkan industri mengalami kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut pada Mei, dengan laju yang lebih cepat daripada bulan sebelumnya.

Situasi yang tak jauh berbeda juga melanda China. Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor dari eksportir terbesar dunia itu turun 7,5% pada Mei dari tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak Januari.

Lalu, apa sebenarnya penyebab dari loyonya sektor manufaktur ini?

Pergeseran Barang ke Jasa

Konsumen di seluruh dunia terpaksa mengurangi pengeluaran mereka untuk bidang jasa pada 2020 karena pandemi, yang mengakibatkan lonjakan pembelian barang. Momen itu juga dengan cepat meningkatkan pesanan bagi pabrikan.

Namun pascapandemi, konsumen sejak itu mengalihkan pengeluaran mereka kembali ke jasa. Baik di AS maupun Eropa, bisnis perhotelan bersiap untuk perjalanan musim panas yang memecahkan rekor.

Para ekonom berpendapat karena pergeseran berkelanjutan menuju belanja jasa, ditambah dengan kondisi keuangan yang lebih ketat karena bank sentral menaikkan suku bunga, telah menimbulkan masalah bagi produsen barang.

"Kami telah melihat kurangnya permintaan barang sekarang di seluruh dunia karena percepatan dalam poros dari barang ke jasa, itulah sebabnya Anda mulai melihat sektor jasa (indeks manajer pembelian) meningkat," kata Tom Garretson, ahli strategi portofolio senior di RBC Wealth Management AS kepada CNN international, Senin (12/6/2023).

Suku Bunga Tinggi

Bank-bank sentral dunia melanjutkan perang mereka terhadap inflasi. Naiknya suku bunga menjinakkan inflasi dengan mendinginkan permintaan, yang pada akhirnya mendorong bank untuk memperketat standar pinjaman mereka.

Barang tahan lama, yang didefinisikan sebagai produk yang bertahan setidaknya tiga tahun, seperti mobil dan peralatan canggih lainnya, sering dibeli secara kredit, sehingga pengetatan persyaratan kredit pasti akan membebani produsen. Hal itu pada akhirnya dapat menyebabkan produsen global memangkas tenaga kerja mereka jika permintaan barang terus melemah.

Resesi

Resesi didefinisikan sebagai penurunan ekonomi dalam beberapa periode berturut-turut yang mencakup lemahnya konsumsi. Dalam situasi ini, pembelian barang diskresioner atau sekuder dan tersier adalah salah satu yang pertama kali dikurangi oleh konsumen saat mereka berhemat.

Ekonom di The Fed menegaskan kembali perkiraan mereka tentang resesi AS yang ringan di akhir tahun, meskipun pasar tenaga kerja negara itu tetap stabil. Data yang direvisi minggu ini menunjukkan bahwa 20 negara zona euro bakal ambles ke dalam resesi sekitar pergantian tahun.

Jerman, ekonomi terbesar Eropa, diramal mengalami penurunan ekonomi yang lebih tajam daripada zona euro sekitar pergantian tahun, juga memperparah resesi. Ekonomi Jerman menyusut 0,3% pada kuartal pertama dari yang sebelumnya, menyusul kontraksi 0,5% pada kuartal keempat.

Kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi membebani konsumen dan bisnis di kedua wilayah, meskipun kenaikan harga telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara itu, ekonomi China tumbuh 2,2% pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya, sebagian besar sebagai akibat dari pembukaan kembali negara tersebut karena konsumen Negeri Tirai Bambu yang mulai bepergian kembali.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhirnya Ada Kabar Baik soal Ekonomi Global, Baca Yuk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular