Internasional

China Minggir, Ini 'Raja' Baru Pemberi Utang RI Cs

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 June 2023 11:05
Ilustrasi bendera China. AP/
Foto: Ilustrasi bendera China. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - China telah memotong bantuan pembangunan ke kawasan Asia Tenggara. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu disebut-sebut telah mengarahkan uangnya ke tempat lain.

Laporan think tank Austalia, Lowy Institute yang dirilis Minggu (11/6/2023) lalu menyebut Beijing telah menyerahkan posisinya sebagai satu-satunya sumber pendanaan terbesar di Asia Tenggara kepada dua badan ekonomi. Yakni Bank Pembangunan Asia (ADB) dan World Bank (Bank Dunia).

"China adalah sumber bantuan pembangunan tunggal terbesar di Asia Tenggara antara 2015 dan 2019, tetapi diambil alih oleh ADB dan Bank Dunia selama pandemi Covid-19," kata dalam laporan, mengutip Al Jazeera.

Kontribusi China ke wilayah tersebut turun. Dari US$7,6 miliar (Rp112 triliun) pada tahun 2015 menjadi US$3,9 miliar (Rp57 triliun) pada tahun 2021.

Secara total, Beijing menyalurkan US$37,9 miliar (Rp562 triliun) atau hampir 20% dari total pembiayaan kawasan antara tahun 2015 dan 2021. Angka ini setara dengan rata-rata US$5,53 miliar (Rp82 triliun) per tahun.

Asia Tenggara sendiri menerima total sekitar US$200 miliar (Rp2.968 triliun) dari mitra secara keseluruhan selama periode tersebut. Pendanaan China, sebagian besar terdiri dari pinjaman, telah digunakan untuk mendukung proyek infrastruktur besar di seluruh kawasan, termasuk proyek kereta api berkecepatan tinggi di Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

"Tren yang paling mencolok dalam (pembiayaan pembangunan resmi atau ODF) China di Asia Tenggara antara tahun 2015 dan 2021 adalah penurunan kepentingan relatif China sebagai mitra," kata Lowy Institute dalam laporan tersebut.

"Pada 2015, China menyediakan sekitar 24% dari ODF kawasan. Pada tahun 2021, angka ini turun menjadi 14%," tambahnya memprediksi bahwa efek berkepanjangan dari pandemi akan terus mengganggu pembiayaan pembangunan Beijing.

AS-Jepang hingga Arab Saudi

Sebagai pengganti China, negara dan mitra lain- termasuk Amerika Serikat (AS), Australia, dan Jepang- telah meningkatkan bantuan pinjaman ke Asia Tenggara. Hal ini ditegaskan ekonom utama Lowy Institute, Roland Rajah.

"Ketegangan geostrategis yang semakin intensif antara China dan pemerintah Barat juga telah melihat peningkatan fokus dalam penggunaan pembiayaan pembangunan, khususnya infrastruktur, sebagai sarana bersaing untuk mendapatkan pengaruh," kata Rajah.

"Hal ini membuat pemahaman tentang skala dan kontur ODF di Asia Tenggara menjadi perhatian penting bagi pemerintah di kawasan ini dan mitra pembangunan mereka," jelasnya.

Mitra baru juga telah meningkat di kawasan ini, termasuk Islamic Development Bank (IDB) yang berbasis di Arab Saudi, yang menyediakan sekitar US$225 juta (Rp3,3 triliun) per tahun dalam bentuk pinjaman non-konsesi. Ini terutama ke Indonesia dan India, yang memfokuskan sekitar US$70 juta (Rp1 miliar) per tahun dalam bentuk hibah pada negara tetangga Myanmar.

"Namun, sebagian besar atau 80% pendanaan pembangunan kawasan berasal dari mitra tradisional seperti bank pembangunan, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, AS, dan Australia," menurut laporan tersebut.

"Setelah China, Jepang adalah penyedia dana pembangunan non-institusional tunggal terbesar, menghabiskan US$28,2 miliar (Rp418 triliun)," tambahnya.

Secara rinci, Korea Selatan menyumbang US$20,4 miliar (Rp302 triliun), diikuti oleh Jerman, AS, Australia, dan Prancis dengan pendanaan antara US$5,34 miliar (Rp79 triliun) dan US$8,5 miliar (Rp126 triliun). Ada kesenjangan yang signifikan antara pengeluaran yang dijanjikan oleh mitra dan jumlah dana yang disalurkan.

Dibandingkan dengan US$298 miliar (Rp4.422 triliun) yang diberikan kepada wilayah tersebut untuk lebih dari 100,00 proyek antara tahun 2015 dan 2021. Hanya sekitar US$200 miliar yang dihabiskan selama periode tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gila! Utang Global Meledak, Rekor Rp 4.519 Juta T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular