
Ini Biang Kerok Kecelakaan Kereta di India Tewaskan 288 Orang

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyelidik Komisi Keselamatan Kereta Api India (CRS) sedang melakukan penyelidikan terkait penyebab kecelakaan maut yang menewaskan 288 orang di Stasiun Bahanaga Bazar, Balasore, Odisha, India Timur pada Jumat (2/6/2023) lalu.
Melansir dari Reuters, penyelidikan resmi terhadap kecelakaan kereta api tersebut berfokus pada dugaan pemindahan secara manual sistem pensinyalan otomatis yang memandu pergerakan kereta api.
Menurut tiga sumber anonim dari Indian Railways, tim investigasi menyebutkan bahwa diduga ada pengiriman sinyal manual ke kereta express untuk bergerak ke jalur kereta barang yang sedang terparkir.
Menurut sumber anonim yang sama, saat ini CRS menduga bahwa jalan pintas tersebut dilakukan oleh petugas kereta api untuk menyiasati masalah yang muncul dari penghalang yang tidak berfungsi. Biasanya, penghalang tersebut digunakan untuk menghentikan lalu lintas jalan di persimpangan jalan rel terdekat.
Sebelumnya, sejumlah media India dan Internasional melaporkan bahwa salah satu dugaan penyebab kecelakaan kereta api terburuk di India dalam dua dekade itu adalah kerusakan pada sistem pensinyalan otomatis.
Menurut laporan Reuters, seorang juru bicara Indian Railways menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait penyebab kecelakaan antara Coromandel Express, Howrah Superfast Express, dan kereta barang yang sedang parkir.
"Penyelidikan sedang berlangsung," kata juru bicara Indian Railways, dikutip Minggu (11/6/2023).
"Pekerjaan perbaikan terus dilakukan sesuai persyaratan, tetapi merusak sistem otomatis tidak diperbolehkan," lanjutnya.
Kepala petugas informasi Kementerian Perkeretaapian India, Amitabh Sharma, mengatakan bahwa penyebab kecelakaan yang membuat lebih dari seribu orang terluka itu masih diselidiki. Ketika dikonfirmasi terkait dugaan sistem elektronik dilewati secara manual, ia tidak dapat memberikan keterangan.
"Ini semua adalah spekulasi yang tidak dapat kami konfirmasi pada saat ini," ujar Sharma kepada Reuters.
Demikian pula dengan juru bicara Biro Investigasi Pusat (CBI) polisi federal yang enggan memberikan pernyataan apapun terkait penyelidikan atas kemungkinan kelalaian kriminal ini.
Saksi: Penghalang Perlintasan Kereta Memang Sudah Rusak
Lima masyarakat desa Bahanaga menyebutkan bahwa penghalang di perlintasan kereta api telah rusak selama hampir tiga bulan dan sering diperbaiki. Saat malfungsi, pembatas harus dibuka secara manual oleh petugas kereta api.
"Penghalang listrik kadang naik kadang tidak," kata seorang apoteker sekitar perlintasan kereta api, Soubhagya Ranjan Sarangi.
Namun, salah seorang saksi kecelakaan maut tersebut, Niranjan Sarangi, mengatakan bahwa penghalang di perlintasan kereta api tampak sedang berfungsi dengan baik ketika peristiwa naas itu terjadi.
"Pembatas kadang tidak berfungsi. Namun, biasanya petugas dari departemen akan datang dan memperbaikinya," ujar Sarangi kepada Reuters.
Seorang pensiunan pejabat Indian Railways mengatakan, jika penghalang terbuka, sistem sinyal otomatis tidak akan mengizinkan kereta melewati perlintasan rel-jalan.
Sistem 'Diubah Secara Manual'
Salah satu dari tiga sumber dari Indian Railways mengatakan, hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa sistem pensinyalan elektronik otomatis diubah secara manual sehingga perangkat lunaknya harus dirusak.
"(Indian) Railways yakin sistem itu sudah dirusak. Belum dapat dipastikan apakah intervensi itu disengaja, ada kesalahan, atau karena pekerjaan yang sedang berlangsung di dekat sinyal," ujar sumber anonim tersebut.
Sumber tersebut menyebutkan, penyelidikan awal menunjukkan bahwa sistem pensinyalan dilewati karena petugas sedang memperbaiki penghalang yang tidak berfungsi.
Kronologi Kecelakaan
Pada Jumat (2/6/2023) lalu, kecelakaan terjadi ketika Coromandel Express dari timur kota Kolkata yang menuju kota selatan Chennai salah memasuki jalur stasiun dengan kecepatan 128 kilometer per jam (80 mph). Akibatnya, Coromandel Express menabrak kereta barang bijih besi stasioner.
Setelah menabrak, sebagian gerbong Coromandel Express keluar dari rel dan terguling. Beberapa gerbongnya menabrak kereta ekspres lain yang melintas di jalur paralel dengan arah yang berlawanan sehingga kereta tersebut juga keluar dari rel dan terjadi kecelakaan besar.
Dua hari setelah kecelakaan itu, seorang anggota Dewan Kereta Api, Jaya Varma Sinha, mengatakan bahwa tampaknya sistem pensinyalan elektronik atau sistem interlocking telah mengirim Coromandel Express ke jalur yang salah dengan memberikan sinyal hijau.
Menurut Direktur Eksekutif Utama Perkeretaapian India untuk persinyalan mengatakan bahwa sistem interlocking mengoordinasikan antara sinyal, rute lintasan, dan hunian lintasan, serta memastikan seluruhnya terkoordinasi dengan baik agar kereta melewati stasiun dengan aman.
Salah satu sumber anonim, seorang pensiunan pejabat kereta api ,dan seorang perwira polisi senior yang bekerja di kepolisian kereta api di Odisha, mengatakan kepada Reuters bahwa pekerja kereta api terkadang secara manual mengganggu sistem untuk mengubah sinyal sehingga lalu lintas kereta api tidak diperlambat atau dihentikan saat mereka melakukan pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan, terutama di rute yang sibuk.
Kontrol sistem interlocking terletak di dalam bangunan kereta api kecil di stasiun Bahanaga Bazar dan akses dibatasi hanya untuk petugas dan pejabat perkeretaapian resmi.
Sumber anonim lainnya mengatakan, catatan menunjukkan bahwa pada hari kecelakaan, ruang kontrol sistem Bahanaga telah diakses dua kali, pertama kali untuk pekerjaan operasional resmi, sedangkan alasan kunjungan kedua belum diketahui.
Hingga saat ini, seluruh karyawan kereta api di stasiun, termasuk petugas yang terlibat dalam pekerjaan perbaikan penghalang, telah diinterogasi oleh penyelidik perkeretaapian dan juga akan diinterogasi oleh CBI.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article KA Brantas Tabrak Truk, Ini Alasan Kereta Tak Bisa Mengerem
