KA Brantas Tabrak Truk, Ini Alasan Kereta Tak Bisa Mengerem

Damiana, CNBC Indonesia
21 July 2023 06:50
Kereta Api (KA) Brantas jurusan Jakarta-Blitar menabrak satu unit truk trailer di jembatan Jalan Madukoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/7). (CNNIndonesia/DAMAR SINUKO)
Foto: Kereta Api (KA) Brantas jurusan Jakarta-Blitar menabrak satu unit truk trailer di jembatan Jalan Madukoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/7). (CNNIndonesia/DAMAR SINUKO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kereta Api (KA) 112 Brantas relasi Pasar Senen-Blitar menabrak truk tronton pada JPL 6 Km 1+523, petak jalan Jerakah-Semarang Poncol, pada Selasa malam (18/7/2023). Sebelumnya di hari yang sama, pukul 15.10 WIB, KA Kuala Stabas relasi Tanjungkarang-Baturaja menabrak truk bermuatan tebu di perlintasan sebidang tanpa palang pintu.

PT KAI pun buka suara soal kronologi kecelakaan tersebut. Di mana, kecelakaan KA Brantas terjadi karena sebelumnya truk tronton tersebut mogok saat melintas rel. Begitu juga KA Kuala Stabas yang berhenti di atas rel.

Lalu mengapa masinis tak menghentikan atau mengerem kereta untuk menghindari tabrakan?

"Insiden kereta api tertemper truk di Semarang dan Tanjungkarang lalu menimbulkan pertanyaan, mengapa kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak?," tulis PT KAI dalam sebuah unggahan di akun Twitter resminya, dikutip Jumat (21/7/2023).

"Kereta api tidak bisa melakukan pengereman secara mendadak, yang disebabkan banyak faktor," tulis @/KAI121.

Alasan tak bisa mengerem atau berhenti mendadak adalah karena panjang dan berat rangkaian kereta.

"Makin panjang dan berat rangkaian KA maka jarak yang dibutuhkan untuk kereta api dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang," jelas PT KAI.

"Di Indonesia, rata-rata kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta, dengan bobot mencapai 600 ton. Belum termasuk penumpang dan barang bawaannya. Dengan kondisi tersebut, maka akan membutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta berhenti."

KA Bratas dan truk tronton. (CNNIndonesia/DAMAR SINUKO)Foto: KA Bratas dan truk tronton. (CNNIndonesia/DAMAR SINUKO)
KA Bratas dan truk tronton. (CNNIndonesia/DAMAR SINUKO)

Dijelaskan, sistem pengereman yang dipakai KA saat ini menggunakan jenis rem udara. Cara kerjanya, mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.

Meski ada rem darurat, menurut PT KAI, tetap tak bisa membuat KA bisa berhenti mendadak. Karena rem darurat hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara lebih besar agar bisa berhenti lebih cepat.

"Jadi, meski masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat melakukan pengereman," tulis PT KAI.

PT KAI mengungkapkan, faktor berpengaruh pada jarak pengereman KA adalah:

- kecepatan KA, semakin tinggi kecepatan semakin panjang jarak pengereman
- kemiringan/ lereng jalan rel
- persentase gaya pengereman
- jenis KA (KA penumpang atau barang)
- jenis rem (blok komposit atau blok besi cor)
- kondisi cuaca.

"Rem pada rangkaian KA bekerja dengan tekanan udara. Jika tekanan dilepaskan tiba-tiba, akan menyebabkan pengereman tidak seragam, sehingga rem bekerja lebih dulu dari tutuk keluarnya udara," sebut PT KAI.

"Pengereman yang tidak seragam dapat menyebabkan kereta dan gerbong tergelincir atau terseret atau terguling," pungkas PT KAI.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kronologi & Sebab Kecelakaan KA Brantas vs Truk di Semarang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular