Kronologi DPR Semprot Para Bos Nikel Rapat Pakai Bahasa Asing

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
10 June 2023 11:45
Komisi VII DPR RI RDP Dengan Kementerian Perindustrian RI Dan Kementerian ESDM RI. (Tangkapan Layar Youtube DPR)
Foto: Komisi VII DPR RI RDP Dengan Kementerian Perindustrian RI Dan Kementerian ESDM RI. (Tangkapan Layar Youtube DPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VII DPR beberapa hari yang lalu atau Kamis (8/6/2023) mengagendakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan Plt Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian, dan para bos perusahaan smelter nikel yang banyak berasal dari China.

Hal tersebut guna membahas mengenai tata kelola niaga nikel di Indonesia.

Semula, Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno meminta masing-masing bos smelter memperkenalkan diri dan asal perusahaannya. Namun yang menyita perhatian, ternyata ada beberapa bos smelter yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia.

Beberapa bos yang notabene adalah warga negara asing (WNA) dari China tersebut memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris dan China. Eddy kemudian menegur karena rapat ini seharusnya menggunakan bahasa Indonesia.

"Ini adalah rapat resmi dengar pendapat, yang menggunakan bahasa Indonesia, ini adalah aturan. Sehingga anda harus diwakilkan oleh seseorang yang dapat berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Kami akan menunggu presentasi Anda, jadi harap orang penerjemah anda hadir di ruangan ini," tegas Eddy dikutip, Sabtu (10/6/2023).

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut juga terdapat beberapa bos smelter yang tidak bisa hadir. Setidaknya ada empat bos perusahaan smelter yang absen dalam RDP tersebut seperti PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, PT Dexin Steel Indonesia, PT Weda Bay Nickel, dan PT Virtue Dragon Nickel Industry.

Merespon mangkirnya para pengusaha smelter tersebut, Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS Mulyanto meminta agar pimpinan rapat dapat lebih tegas.

"Repot kita, marwah kita jatuh, dilecehkan, yang diundang enggak mau hadir, enggak jelas. Kita harus tegas, kalau perlu, kalau enggak mau datang juga kita turunkan polisi memanggil," ujar Mulyanto.

Lantas, siapa saja perusahaan smelter nikel yang hadir di rapat tersebut? Berikut daftarnya:

1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Direktur Utama Antam Nico Kanter datang langsung menghadiri di RDP dengan Komisi VII DPR hari ini.

Nico menjelaskan terkait tata niaga penjualan nikel perusahaan.

2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Presiden Direktur Vale Febriany Eddy turut hadir di RDP ini. Febriany menjelaskan bahwa produk nikel perusahaan yaitu nickel matte dengan kandungan nikel 78%, 2% cobalt, dan 20% sulfur. "Kapasitas produksi saat ini mencerminkan 2,5% produksi dunia," ucapnya.

Dia menyebut, produksi bijih nikel perusahaan digunakan sepenuhnya untuk smelter nikel perusahaan. "Dalam pertambangan di Sorowako full terintegrasi, tidak ada penjualan bijih, sehingga bijih semua yang kami tambang 100% diproses di kami," imbuhnya.

3. PT Gunbuster Nickel Industry

Smelter nikel berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Produk nikel yang diolah yaitu Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel. Memiliki 24 lini produksi dengan kapasitas produksi sekitar 150 ribu ton per bulan atau 1,8 juta ton per tahun.

Investor perusahaan ini yaitu Alchemist Metal Industry Pte Ltd (99,60%), dan PT Merlot Grup Indonesia (0,40%). Nilai investasi smelter ini disebutkan sebesar Rp 27,8 triliun. Konstruksi smelter dimulai 2020 dan smelter mulai berproduksi sejak Desember 2021.

4. PT Halmahera Persada Lygend (HPL)

Berlokasi di Kawasan Industri Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Produk smelter yang dihasilkan yaitu bahan baku komponen baterai Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan produk turunan nikel sulfat.

Direktur PT HPL Tonny Gultom hadir dalam RDP kali ini. Dia menyebut, nilai investasi perusahaan mencapai US$ 1,02 miliar. Kapasitas produksi MHP mencapai 365.000 ton per tahun dan kapasitas nikel sulfat yang baru diresmikan 31 Mei 2023 lalu sebesar 240.000 ton per tahun.

PT Halmahera Persada Lygend dimiliki oleh Harita Nickel melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) sebesar 45,1%, Lygend Resources Technology Co. Ltd sebesar 36,9%, dan Kang Xuan Pte Ltd sebesar 18%.

Jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) disebutkan mencapai 4.642 orang dan tenaga kerja asing (TKA) 812 orang.

5. PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia

Dimiliki oleh Shanghai Huadi 51% dan Duta Nickel Sulawesi 49%. Total investasi sebesar Rp 5,3 triliun. Lokasi smelter berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan seluas 150 Ha.

Smelter mulai berproduksi pada 2018 dengan kapasitas saat ini 350.000 ton feronikel per tahun.

6. PT Wanxiang Nickel Indonesia

Smelter nikel berada di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Adapun produk nikel yang dihasilkan yaitu feronikel dengan kapasitas mencapai 120.000 ton per tahun. Kebutuhan bijih nikel mencapai 1,2 juta ton bijih nikel per tahun.

Saham dimiliki oleh Feng Xiang Bao 1%, Vansun Group Private Ltd 89%, Wang Sing International Resources Ltd 10%.

7. QMB

Total investasi US$ 2 miliar dengan kapasitas nikel 100.000 ton per tahun, output bahan baku baterai terner NCM 150.000 ton per tahun.

8. PT Huayue Nickel Cobalt

Memproduksi komponen bahan baku baterai, MHP sebanyak 60.000 ton per tahun, dan 6.000 ton per tahun cobalt.

9. PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy (IRNC)

Smelter dibangun pada 2015 dan mulai produksi pada 2018. Smelter berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah.

Total investasi disebutkan sebesar US$ 850 juta. Perusahaan memproduksi feronikel sebesar 300.000 ton per tahun, yang digunakan untuk produksi stainless steel. Lalu, produksi Cold Rolled Stainless Steel sebesar 400.000 ton per tahun. Stainless steel ini kemudian diekspor ke Vietnam, Malaysia, China, dan Thailand.

10. PT Bukit Smelter Indonesia

Dimiliki oleh PT Merdeka Industri Mineral 50,1%, afiliasi PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan Reef Investment Ltd 49,9%.

Smelter ini menghasilkan NPI sebesar 18.900 ton per tahun dengan kadar nikel 12-14% nikel. Nilai investasi awal sekitar US$ 150 juta dan beroperasi sejak 2020. Produk NPI sebesar 65% diekspor dan 35% dijual ke domestik.

11. PT Huake Nickel Industry

Smelter memproduksi nickel matte yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. Nilai investasi US$ 500 juta.

Berlokasi di Weda Bay, Maluku Utara. Mulai berproduksi pada November 2022. Produk diekspor ke China, Jepang, dan Korea Selatan. Nilai ekspor per tahun diperkirakan mencapai US$ 800 juta.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Panggil Para Bos Smelter Nikel, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular