
Jadi 'Raja' Baterai EV, RI Cuma Butuh Bahan Baku Ini..

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya menggenjot pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Hal tersebut menyusul dengan melimpahnya cadangan mineral yang dimiliki Indonesia.
Meski demikian, dari berbagai macam mineral yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, sebagian bahan baku rupanya masih berasal dari impor.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menjelaskan dalam pembuatan sebuah baterai kendaraan listrik, setidaknya sebanyak 93% bahan bakunya terdapat di Indonesia. Sementara sisanya sebanyak 7% harus dipenuhi dari impor.
Ia pun merinci kebutuhan kapasitas baterai listrik di setiap jenis kendaraan. Misalnya untuk kendaraan roda dua, membutuhkan baterai berkapasitas 1,44 kWh dan roda empat membutuhkan baterai berkapasitas 60 kWh.
"Itu dibutuhkan masing-masing per kWh untuk nikel 0,77 kg, manganese 0,096 kg, cobalt 0,096 kg, artinya dalam baterai semua bahan bakunya ada di Indonesia, 7% lithium kita perlu impor," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (8/6/2023).
Lebih lanjut, ia membeberkan pihaknya telah mempunyai peta jalan untuk pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia. Setidaknya, sekitar 20% kendaraan listrik di 2025 membutuhkan nikel sulfat untuk bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik sebesar 25.133 ton.
"Itu nikel yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik, untuk 2030 37.699 ton dan 2035 sekitar 59.506 ton dengan kapasitas nasional sudah mampu disuplai," kata dia.
Oleh sebab itu, menurut Taufik dengan adanya kebutuhan nikel sulfat sebesar itu, maka ia mendorong agar investasi di pabrik baterai dapat diperkuat lagi. Utamanya untuk mendukung apa yang telah dicanangkan pemerintah.
Taufik merinci saat ini Indonesia telah memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel dengan menggunakan proses hidrometalurgi atau dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Smelter ini bakal mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate atau MHP yang merupakan salah satu komponen baterai. "Ini 3 perusahaan yang beroperasi dan yang kedua konstruksi mungkin belum ada FS baru satu," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pembangunan Smelter Nikel RI Bakal Dibatasi, Ini Alasannya..