
Panas! China-Rusia Patroli Bersama di Asia, Sekutu AS Was-Was

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan Rusia melakukan patroli udara bersama pada Selasa di Asia. Keduanya menerjunkan pasukan di sekitar wilayah Laut Jepang, dekat Korea Selatan (Korsel).
Hal ini mendorong Seoul untuk menurunkan jet tempur untuk mengamankan situasi. Pasalnya, menurut Korsel, empat pesawat militer Rusia dan empat China telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ)-nya siang waktu setempat.
ADIZ adalah area yang lebih luas dari wilayah udara suatu negara di mana negara mencoba untuk mengontrol pesawat untuk alasan keamanan. Tetapi konsep tersebut tidak didefinisikan dalam perjanjian internasional mana pun.
"Militer Korsel mengidentifikasi jet China dan Rusia sebelum mereka masuk ke zona identifikasi udara", kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Seoul, dikutip AFP, Rabu (7/6/2023).
"Kami mengerahkan pesawat tempur angkatan udara untuk melakukan langkah-langkah taktis sebagai persiapan jika terjadi keadaan darurat," tambahnya.
"Delapan jet asing itu tidak melanggar wilayah udara Seoul," tegas JCS lagi.
Amerika Serikat (AS) pun juga bersuara. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengatakan bahwa Amerika berkomitmen untuk bekerja sama dengan Jepang dan Korsel menuju Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Sekutu memperhatikan tindakan apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai destabilisasi atau sembrono," ujarnya.
Korsel merupakan sekutu dekat AS. Di Asia, sama seperti Jepang, negeri ini mendukung sanksi Barat terhadap Rusia atas perang di Ukraina dan telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Kyiv.
Meski begitu, Korsel tak mengirimkan bantuan yang bersifat mematikan ke negara konflik. Aturan di dalam negeri melarang hal itu.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan China mengatakan patroli itu adalah bagian dari rencana kerja sama tahunan dengan Rusia. Diketahui, patroli semacam ini telah berjalan sejak 2019.
Patroli udara bersama ini sendiri diadakan hasil dari hubungan bilateral yang telah lama berkembang antara Beijing dan Moskow. Ini terjadi tatkala kedua negara bersitegang dengan AS sehingga menimbulkan rasa saling merasa terancam oleh ancaman yang sama.
Saat serangan Rusia ke Ukraina dilakukan di Februari 2022 hingga kini, China menjadi pihak yang netral. Maret lala di Moskow, pemimpin China Xi Jinping mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengunjungi Beijing dan kedua pemimpin tersebut menyatakan bahwa hubungan "memasuki era baru".
Analis mengatakan China berada di atas angin dalam hubungan dengan Rusia. Pengaruhnya tumbuh sebagai isolasi internasional Moskow.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rusia Buka Kemungkinan China & Afrika Jadi Juru Damai