
Ini Bukti UKM Makin Peduli Isu Lingkungan
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan, sektor UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Indonesia semakin meningkatkan perhatian terhadap praktik produksi yang ramah lingkungan. Salah satu perusahaan yang mencuat sebagai contoh kepedulian UKM terhadap green production adalah Cottonology, sebuah brand fesyen pria asal Bandung yang mengusung konsep ramah lingkungan pada setiap produksinya.
CEO Cottonology, Carolina Danella Laksono mengungkapkan, pihaknya berkomitmen untuk menciptakan produk yang tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga tidak mencemari lingkungan.
"Kami sadar akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh industri fesyen terhadap lingkungan, mulai dari limbah bahan, penggunaan cairan kimia, hingga mesin produksi yang mengkonsumsi energi yang cukup besar. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk mengubah paradigma produksi dan mendorong keberlanjutan di industri ini," tuturnya Senin (5/6/2023).
Green manufacturing atau produksi ramah lingkungan menjadi fokus utama bagi Cottonology. Perusahaan yang berdiri sejak 2017 ini mengadopsi berbagai praktik yang bertujuan untuk mengurangi polusi terhadap lingkungan, termasuk penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dan penerapan proses produksi yang efisien secara energi.
Salah satu aspek penting dalam green manufacturing adalah pemilihan bahan baku yang berkelanjutan. Cottonology menggunakan bahan-bahan organik, seperti katun organik, yang diproduksi tanpa penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya. Selain itu, UKM ini juga berusaha untuk menggunakan serat-serat yang dapat didaur ulang, mengurangi limbah tekstil, dan meminimalkan produksi karbon.
Di luar aspek bahan baku, Cottonology juga fokus pada efisiensi energi dalam prosesnya dengan menggunakan teknologi modern dan mesin yang hemat energi untuk mengurangi konsumsi listrik dan emisi karbon.
Menurut Olin, panggilan akrab lulusan Universitas of California, Berkeley tersebut, setiap UKM memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan planet ini.
"Dengan menerapkan praktik-produksi yang ramah lingkungan, kami berharap dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan menginspirasi perubahan dalam industri fesyen," jelas Carolina.
Ia menjelaskan tentang beberapa produknya yang menggunakan bahan ramah lingkungan seperti t-shirt dari serat katun organik dan koleksi celana yang menggunakan bahan denim terdaur ulang sehingga membantu mengurangi limbah tekstil.
Di Jawa Barat, tuturnya, pencemaran lingkungan sudah pada level harus diwaspadai.
"Sungai Cilamaya, Cileungsi, dan Citarum merupakan objek yang telah tercemari oleh limbah domestik dan limbah industri oleh pelaku usaha baik skala korporasi maupun menengah. Kami tidak ingin menambah konsentrat cemaran dengan produksi yang merusak alam," pungkasnya.
Menurut data dari Green Manufacturing Initiative, praktik produksi yang ramah lingkungan di sektor manufaktur dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Mengurangi emisi karbon, menghemat sumber daya, dan mengelola limbah dengan baik adalah beberapa manfaat yang dapat dicapai melalui green manufacturing. Dalam konteks UKM Indonesia, langkah-langkah seperti ini tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang bisnis baru dan meningkatkan daya saing di pasar global.
"Kami berharap melalui komitmen kami terhadap green production, dapat mendorong perubahan dalam industri fashion secara keseluruhan. Kami mengajak UKM lainnya untuk bergabung dalam gerakan ini dan bersama-sama menciptakan industri yang lebih berkelanjutan," jelasnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article UOB Gandeng APINDO Perkuat Digitalisasi UKM RI