Anies, Ganjar, Prabowo Siap-siap! Begini Ekonomi RI di 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek perekonomian tanah air masih cerah pada 2024, berdasarkan perkiraan Bank Indonesia. Meskipun, kondisi perekonomian global masih penuh tekanan akibat terus tertahannya pertumbuhan ekonomi negara-negara maju karena kebijakan suku bunga acuan bank sentralnya yang masih tinggi.
Oleh sebab itu, yang menjadi pekerjaan rumah bagi calon presiden pengganti Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan habis masa jabatannya pada 2024 adalah mempertahankan iklim kondusif perekonomian domestik, dengan menjaga daya beli masyarakat dan mendorong masuknya arus investasi.
Calon presiden itu di antaranya Anies Baswedan yang diusung Partai NasDem-Demokrat-PKS, Ganjar Pranowo diusung PDI Perjuangan-PPP, dan Prabowo Subianto oleh Gerindra-PKB. Mereka mau tak mau harus merespons kondisi ekonomi RI sepeninggalan Presiden Joko Widodo yang sudah 2 periode menjabat sejak 2014.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pada 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat didorong positifnya kinerja ekspor dan permintaan dalam negeri. Hingga penghujung tahun ini ia mengatakan ekonomi bisa tumbuh 4,5-5,3% dan naik pada 2024 menjadi 4,7-5,5%.
"Di dalam negeri bersyukur alhamdulillah pertumbuhan ekonomi tetap kuat, didukung oleh ekspor dan juga meningkatnya permintaan dalam negeri," kata Perry saat rapat kerja di Komisi XI DPR, Jakarta, seperti dikutip Selasa (6/6/2023).
Tanda-tanda membaiknya perekonomian domestik kata Perry tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 yang masih tumbuh di 5,03% secara tahunan (yoy), sedikit di atas dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,01% yoy. Pendorongnya adalah industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, transportasi, serta pergudangan.
"Ke depan, berbagai indikator dini menunjukkan aktivitas perekonomian Indonesia akan terus membaik. Hal ini tercermin pada pertumbuhan positif penjualan eceran, ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, dan kenaikan keyakinan konsumen," ucap Perry.
Dari sisi inflasi pun menurutnya masih akan terus terjaga di kisaran sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan pada 2024 lebih rendah lagi menjadi 2,5% plus minus 1%. Dipengaruhi ekspektasi inflasi dan tekanan imported inflation yang menurun serta pasokan yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan barang dan jasa.
Terjaganya aktivitas ekonomi ini kata Perry didukung pula oleh ketahanan sektor eksternal Indonesia, seperti berlanjutnya surplus neraca pembayaran dan cadangan devisa yang masih tinggi. Surplus neraca pembayaran terjaga karena neraca perdagangan terus menerus surplus dan aliran modal asing masih terus masuk ke tanah air.
Hingga April 2023, neraca perdagangan surplus sebesar US$ 3,9 miliar, aliran masuk modal asing seperti ke investasi portofolio hingga 26 Mei 2023 tercatat net inflows sebesar US$ 1,9 miliar, serta cadangan devisa pada akhir April 2023 sebesar US$ 144,2 miliar, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Dengan kondisi ini Perry memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) keseluruhan tahun ini hingga 2024 akan terus surplus, ditopang transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,5% sampai dengan defisit 0,3% dari PDB pada 2023 dan berada dalam kisaran defisit 0,4% hingga 1,2% dari PDB pada 2024.
"Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan mencatat surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio sehingga mendukung prospek surplus NPI dan menopang ketahanan sektor eksternal Indonesia," ucapnya.
Surplusnya transaksi berjalan dan terus masuknya aliran modal asing itu, membuat Perry optimistis rata-rata nilai tukar rupiah akan terus menguat hingga 2024. Ia mengatakan, pada 2023 saja nilai tukar rupiah rata-rata akan di kisaran Rp 14.800-Rp 15.100 per dolar AS dan pada 2024 menjadi Rp 14.600-Rp15.100 per dolar AS.
"Bank Indonesia meyakini bahwa prospek perekonomian Indonesia pada 2024 akan semakin baik, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, inflasi yang rendah, dan nilai tukar Rupiah yang menguat dan stabil," ucapnya.
(mij/mij)