Pabrik Siap-siap PHK Massal, Ternyata Ini Biang Keroknya

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
05 June 2023 14:30
Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat saat ini ada 9 perusahaan yang tengah dalam proses efisiensi. Mulai dengan merumahkan karyawan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Presiden KSPN Ristadi mengatakan, KSPN memediasi proses pemangkasan tersebut. Termasuk, dengan memberikan bantuan hukum jika kedua pihak tak sepakat sehingga harus diproses melalui Pengadilan Hubungan Industrial.

"Saya berani bilang, 80% industri tekstil, garmen dan sepatu alami efisiensi pekerja dengan PHK sampai ada yang tutup," kata Presiden KSPN Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (5/6/2023).

Ristadi pun mengungkapkan penyebab maraknya fenomena pemangkasan pekerja di industri padat karya tanah air, terutama pabrik sepatu, garmen, serta tekstil dan produk tekstil (TPT).

"Sektor tekstil mengalami kondisi lebih parah dibandingkan sepatu (alas kaki). Industri tekstil dan garmen itu merata di Jakarta, Banten, Jawa Barat, sampai Jawa Tengah, banyak perusahaan tutup, merumahkan karyawan," katanya.

"Perusahaan-perusahaan orientasi ekspor mengalami penurunan order atau tidak ada order sama sekali. Kalau sepatu, yang ekspor, beberapa brand masih melakukan order (pembelian)," tambah Ristadi.

Sedangkan untuk pabrik berorientasi pasar domestik, kata dia, tidak memiliki faktor penopang sama sekali. Karena harus berhadapan dengan gempuran impor, baik yang legal maupun ilegal seperti barang bekas.

"Kami sudah puluhan tahun menyuarakan ke pemerintah soal kesulitan akibat impor. Pemerintah juga memang susah, antara pengusaha yang pro-impor dan yang mau setop impor," ujar Ristadi.

"Padahal permintaan di dalam negeri masih bagus, tapi karena diisi barang impor dari China yang lebih murah, diserbu sepatu bekas Singapura dengan harga murah, industri di dalam negeri jadi nggak sanggup bertahan," katanya.

Selain karena tak mampu bertahan hingga tutup permanen, ujarnya, ada juga PHK yang disebabkan relokasi pabrik.

"Ada juga memang perusahaan yang melakukan relokasi. Seperti salah satu perusahaan di Banten, memproduksi sepatu. Perlahan-lahan dia memangkas karyawannya. Tapi dia juga sudah mulai membangun pabrik di daerah lain. Perlahan-lahan pekerja yang di pabrik asal tentu akan di-PHK," katanya.

Ristadi menjelaskan, fenomena ini tak lepas karena perusahaan ingin melakukan efisiensi biaya.

"Kalau ordernya turun atau tak ada sama sekali, ada pabrik yang harus menurunkan kapasitas. Ada juga yang tutup, bahkan sampai dipailitkan," katanya.

"Saya sendiri sebenarnya hati-hati menyebutkan nama perusahaan, apalagi kalau perusahaan besar. Karena, begitu kabar efisiensi tersebar, trust dari perbankan jadi turun. Akibatnya, sektor ini akan terkena dampak," jelas Ristadi.

Akibatnya, perusahaan atau industri terkait akan kesulitan mendapat akses pembiayaan, yang kemudian akan menambah beban baru bagi perusahaan. Kondisi itu, kata dia, jadi 'lingkaran setan' dan jadi hambatan bagi industri.

Dia menuturkan, industri padat karya mengalami tekanan sejak pandemi Covid-19. Yang kemudian memicu masalah baru rantai pasok.

Masalah berlanjut karena perlambatan ekonomi global, terutama di negara-negara tujuan ekspor utama tekstil, garmen, dan sepatu RI. Seperti, Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Sementara itu, lanjutnya, biaya produksi terus meningkat. Akibatnya, perusahaan melakukan efisiensi pekerja atau merelokasi pabrik.

"Kalau dia punya modal besar, tentu bisa pilihannya langsung relokasi. Dia mencari lokasi yang biayanya bisa lebih efisien. Karena buyer itu kan ordernya dengan harga yang sama, sehingga perusahaan di sini harus mencari cara agar biaya bisa ditekan," katanya.

"Bicara biaya, dari segi upah misalnya. Di Serang upah minimumnya Rp4-4,5 jutaan, sedangkan di Pekalongan Rp2 jutaan. Artinya, jika dia relokasi, berarti upah 1 orang di Serang, bisa 2 orang di Pekalongan," paparnya.

Akibat relokasi, kata dia, pekerja di lokasi pabrik asal akan di-PHK. Meski, imbuh dia, di lokasi yang baru, akan ada perekrutan pekerja.

"Kan nggak mungkin pekerja mau pindah dari yang gaji lebih tinggi ke daerah gaji lebih rendah," kata Ristadi.

"Sebenarnya memang ada salah persepsi upah minimum di Indonesia. Perusahaan seolah, yang penting sudah patuhi aturan upah minimum, dan menjadikan itu upah maksimum. Akibatnya, pekerja yang baru masuk dan yang sudah puluhan tahun bekerja, upahnya sama," pungkas Ristadi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Tsunami' PHK Ngeri, Ini Penampakan Pabrik Dijual Pinggir DKI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular