
Alert! Ramalan Terbaru, RI 'Panas Mendidih' Sampai Tahun 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diprediksi akan dilanda fenomena El Nino kuat sampai tahun 2025. Saat ini, indikasi pembentukan El Nino lemah dilaporkan mulai terjadi.
Hasil pemantauan terbaru Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, puncak El Nino tahun 2023 ini akan terjadi pada bulan November nanti. Intensitas El Nino diprediksi akan terus menguat dan berlangsung sampai tahun 2025.
Fenomena El Nino akan memicu kondisi kering atau panas lebih ekstrem di musim kemarau dibandingkan musim kemarau biasanya
"Kondisi El Nino ini berpotensi akan terus berlanjut dan tahun ini puncaknya diprediksi terjadi pada bulan November. Prediksi hampir 90% potensinya semakin besar dan terus terbentuk, El Nino diproyeksikan akan terus berlanjut sampai tahun 2025," kata Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (30/5/2023).
Hanya saja, imbuh dia, prediksi El Nino akan diperbarui setiap bulan. Sebab, untuk menentukan fenomena yang terjadi El Nino atau tidak, harus ditunjukkan anomali suhu di atas 0,5 derajat Celcius secara konsisten.
Jika anomali suhu tidak konsisten atau berubah-ubah dalam jangka pendek, yang terjadi hanya merupakan marine heatwave (gelombang panas permukaan laut).
"Karena itu, sebelumnya El Nino awalnya diprediksi terjadi pada bulan April, lalu tertunda. Kemudian diprediksi bulan Mei dengan puncak bulan Agustus. Tapi berubah lagi karena kini puncaknya November," katanya.
"Sekarang, baru mulai terlihat indikasi anomali suhu di atas 0,5 derajat Celcius, yaitu 0,55 derajat Celcius. Ini hasil pengamatan sejak 17 Mei 2023. Kemungkinan, El Nino akan terbentuk di bulan Juni. Tapi, masih fase lemah," jelas Erma.
Namun, lanjut Erma, untuk menyatakan status El Nino baru bisa dilakukan pada bulan Agustus 2023.
"Jika terjadi konsistensi anomali suhu di atas 0,55 derajat Celcius sampai bulan Agustus, baru bisa dinyatakan El Nino atau tidak," katanya.
Kemudian, imbuh dia, intensitas El Nino akan menguat dan masuk fase moderat di bulan Agustus 2023.
"Ada 2 hal yang harus diwaspadai, yaitu intensitas dan periode El Nino itu. Intensitasnya, Juni masuk El Nino lemah, Agustus masuk fase moderat, dan tahun ini mencapai puncak di bulan November," katanya.
"Masuk tahun 2024, El Nino akan extend (berlanjut) secara intensitas. Fase moderat jika terpelihara terus akan semakin menguat. Saat masuk ke fase kuat atau strong EL Nino, anomali suhu akan di atas 1,5 derajat Celcius atau 2 derajat Celcius," paparnya.
Erma menerangkan, prediksi penguatan El Nino tersebut berdasarkan berbagai skenario dan pemodelan dari hasil pantauan anomali suhu yang tengah terjadi.
"Kami menggunakan skenario moderat, terlemah, dan terburuk. Nah, sekarang skenarionya sudah di skenario moderat. Bahwa El Nino sedang terbentuk dan semakin kuat di tahun 2024 dan berlanjut menguat ke tahun 2025," katanya.
Karena itu, dia berharap, mitigasi antisipasi efek El Nino harus dilakukan. Terutama, menghadapi tahun 2024 dan 2025.
"Kalau tahun ini kan masih lemah-moderat. Dan, bukan berarti begitu ada El Nino lantas air langsung hilang atau habis. Tapi, perlu mengantisipasi efek El Nino yang semakin menguat di tahun 2024-2025 nanti," cetus Erma.
"Apalagi, kalau penampungan air selama tahun ini dilakukan dengan baik, masih akan cukup untuk kebutuhan tahun ini. Pantauan terakhir di Bengawan Solo misalnya, level muka air masih tinggi, artinya masih bisa untuk supply kebutuhan 2-4 bulan ke depan," lanjutnya.
Erma juga memperingatkan perlunya mitigasi antisipasi dampak El Nino tahun depan, terutama di sektor pertanian dan perkebunan.
"Sektor pertanian adalah sektor paling rentan. Dan, potensi karhutla (kebakaran hutan dan lahan), ini menyangkut perkebunan dan lahan gambut," pungkas Erma.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap RI 'Panas Mendidih', El Nino di Depan Mata