Ramalan Horor Jokowi Soal Dunia Kejadian, Nasib RI Gimana?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
29 May 2023 14:20
Ekonomi Gelap di Mana? Data Sebut RI Cs
Foto: Infografis/ Ekonomi Gelap di Mana? Data Sebut RI Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kesempatan kerap mengungkapkan kekhawatirannya terkait kondisi perekonomian tahun 2023 yang akan lebih suram.

Jokowi sering menyebut, situasi dunia kini amat mengerikan. Banyak negara kemungkinan akan ambruk sehingga mendorong dunia jatuh ke jurang resesi.

Menurut Jokowi, 2023 adalah tahun menantang, dunia mengalami kegelapan. Jokowi bahkan menyebut sebagai tahun gelap, akibat krisis ekonomi, pangan, hingga energi akibat pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina.

Lantas, bagaimana dengan kondisi Indonesia pada awal tahun ini?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2023 pertumbuhannya mencapai 5,03% atau lebih tinggi dari perekonomian negara maju dan negara-negara G20. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, ekonomi Indonesia menjadi salah satu brightspot di kawasan negara ASEAN.

Pada kuartal I-2023 pertumbuhan ekonomi AS tumbuh 1,6%, Korea Selatan 0,8%, Eropa dan Jepang 1,3%.

Adapun China 4,5% pada kuartal I. Sementara itu, Meksiko tumbuh 3,89%. Rusia masih bertahan di jurang resesi dengan -1,9%. Terbaru Jerman yang harus merasakan resesi dengan -0,3%.

"Kondisi global yang tidak menentu berdampak ke Indonesia. Namun, sekali lagi Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya. Pada kuartal I-2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,03%, melampaui pertumbuhan global dan emerging market," jelas Sri Mulyani saat Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-115 di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (29/5/2023).

"Ini semua menunjukkan bahwa Indonesia telah bangkit dan pulih semakin kuat," kata Sri Mulyani lagi.

Kendati demikian, pemerintah juga sebaiknya tidak lengah, karena berbagai ketidakpastian ekonomi dunia masih terus membayangi. Sebut saja krisis perbankan yang terjadi Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Persoalan potensi gagal bayar atau default yang terjadi di AS juga kini menjadi sorotan para pemangku kebijakan di seluruh dunia. Karena apapun yang terjadi AS pasti akan berimbas kepada seluruh negara di dunia.

Jika pemerintahan AS mengalami gagal bayar, maka krisis akan menghantam Negeri Paman Sam, dan banyak negara di dunia juga pasti akan terkena imbasnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (25/5/2023) menjelaskan, yang menjadi perhatian pasar saat ini adalah poin negosiasi yang akan disepakati. Apabila permintaan pemerintahan Presiden AS Joe Biden dipenuhi, maka bisa mendorong kenaikan US Treasury.

Maka dari itu disebutkan ketidakpastian global kini kembali tinggi. "Yang dihadapi sekarang UST kuat, dolar kuat, mata uang kena tekanan," jelas Perry dalam konferensi pers Kamis (25/5/2023).

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengungkapkan akan terus mewaspadai kebijakan politik di AS. Sampai saat ini, kata dia belum ada dampak signifikan ke pasar keuangan global termasuk pasar keuangan Indonesia.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Jokowi - Sri Mulyani Terbukti: Dunia Gelap & RI Kena!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular