
Bankir AS Trauma, Sosial Media Kini Dicap 'Risiko Bank'

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Para bankir AS kini berlomba memperkuat manajemen risiko, pemantauan, dan prosedur darurat seputar penggunaan media sosial setelah kasus Silicon Valley Bank dua bulan lalu yang memicu gejolak di industri.
Para eksekutif perbankan AS kini merancang program dan rencana untuk menangkal ancaman online termasuk desas-desus seputar kesehatan bank yang dapat menyebabkan arus keluar simpanan atau membebani saham.
Upaya tersebut, seperti dikutip dari Reuters dan CNA, menggarisbawahi kebutuhan mendesak bank untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, mencegah deposan memicu bank run atau menghentikan serangan online terhadap saham mereka oleh short seller.
Bankir pun mengambil tindakan, memikirkan kembali peran media sosial sebagai risiko potensial ketimbang alat pemasaran semata, setelah tweet yang mempertanyakan kesehatan keuangan SVB mendorong pelanggan gelisah dan menarik US$1 juta per detik dari akun mereka sebelum bank bangkrut pada 10 Maret.
"Risiko media sosial terutama bersifat reputasi, tetapi sekarang telah menyebabkan risiko pelarian deposito, yang bersifat eksistensial," kata Sumeet Chabria, pendiri ThoughtLinks, sebuah perusahaan konsultan dan penasehat yang bekerja dengan bank.
"Ini telah menjadi peringatan bagi beberapa bank yang lebih kecil yang sekarang bekerja untuk memperbarui tanggap darurat dan kemampuan risiko mereka, bersama dengan rencana kesinambungan bisnis untuk mengatasi ancaman ini," katanya.
Greg Becker, mantan CEO Silicon Valley Bank (SVB), menyalahkan media sosial sebagai faktor kolapsnya perusahaan. Deposan menarik US$42 miliar dari SVB dalam 10 jam, tulisnya dalam kesaksian kepada Komite Perbankan Senat pada hari Senin.
Kejatuhan SVB yang cepat mengejutkan pasar. Pada 8 Maret, bank tersebut mengumumkan menjual sekuritas dan meningkatkan modal. Hal ini memicu kekhawatiran nasabah. Salah satu nasabah SVB di industri teknologi Bay Area men-tweet tentang kekhawatiran mereka. Tweet pertanyaan ini memantik nasabah lainnya untuk menarik dana melalui aplikasi seluler atau perbankan online.
Mantan CEO First Republic Bank, Michael Roffler, juga menyalahkan media sosial atas keruntuhannya dua bulan kemudian.
Apa yang terjadi di SVB dapat dengan mudah terjadi di tempat lain, kata Kepala Strategi Deposito AS Greg Hertrich di Nomura.
"Bank mana pun yang tidak memperhatikan kehadiran media sosial mereka, dan efeknya terhadap perilaku simpanan, merugikan diri mereka sendiri, pemangku kepentingan mereka dan yang paling penting, deposan mereka. Merugikan yang cukup signifikan," kata Hertrich.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! 4 Bank Raksasa Diguncang 'Tsunami' PHK
