
Pemilu Putaran Kedua, Nasib Erdogan di Tangan Kandidat Ketiga

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan Presiden Turki berlanjut di putaran kedua, setelah petahana Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak mampu menguasai hingga 50% suara sehingga harus melalui putaran kedua.
Erdogan hanya mendapatkan 49,86% suara sementara Kilicdaroglu dengan 44,38%. Kandidat ketiga, Sinan Ogan, harus tersingkir dari kontestasi karena hanya mengamankan 5,17% suara.
"Karena tidak ada yang melewati ambang itu, pemungutan suara akan dilanjutkan ke pemilihan putaran kedua dalam dua minggu, pada 28 Mei," tulis CNBC International, mengutip sumber lokal, Selasa (16/5/2023).
Kendati demikian, Ogan digadang-gadang dapat menjadi kingmaker dalam pemilihan putaran kedua pada 28 Mei mendatang. Ini dikarenakan kemungkinan dirinya akan mengalihkan pendukungnya kepada Erdogan atau Kilicdaroglu sehingga salah satu figur akan menang.
Kilicdaroglu mewakili koalisi enam partai oposisi yang berbeda, semuanya berusaha untuk menggeser Erdogan. Dirinya pun didukung oleh Partai Rakyat Demokratik (HDP), yang berasal dari gerakan Kurdi Turki yang lebih luas dan dianggap sebagai teman politik Partai Pekerja Kurdistan (PKK) oleh kaum nasionalis seperti Ogan.
PKK telah melakukan kampanye selama 39 tahun melawan negara Turki, yang telah menyebabkan puluhan ribu kematian. Partai Itu terdaftar sebagai organisasi teror oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Di sisi lain, Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang menjadi rumah Erdogan, menerima dukungan dari Huda-Par, sebuah partai Islamis politik yang didominasi Kurdi. Tiga politisi Huda-Par telah terpilih menjadi anggota parlemen dengan dimasukkan dalam daftar kandidat Partai AK.
Huda-Par memiliki hubungan bersejarah dengan Hizbullah, sebuah kelompok Kurdi yang melakukan kampanye kekerasan brutal pada 1990-an saat melawan PKK dan menargetkan petugas polisi Turki. Grup tersebut tidak memiliki hubungan dengan organisasi senama di Lebanon, yang disokong Iran.
"Ogan sudah jelas sejak hari pertama - dia mengatakan dia akan mendukung pihak yang menjauhkan diri dari terorisme," ujar Murat Yildiz, mantan penasihat Partai Gerakan Nasionalis (MHP) kepada Al Jazeera, Selasa (16/5/2023).
"Akan sulit untuk membicarakan hal ini dengan Erdogan karena Erdogan telah bersekutu dengan Huda-Par dan sekarang ada tiga deputi dari Huda-Par."
Patut diingat bahwa Referensi Ogan untuk 'terorisme' sangat penting. Di mata kaum nasionalis Turki, baik Erdogan maupun Kilicdaroglu mendapat dukungan dari mereka yang dianggap bersekutu dengan kelompok teror.
Meski Erdogan menang dalam putaran pertama, posisinya tetap kritis pada putaran kedua. New York Times menulis, ia masih bisa kalah. Jajak pendapat New York Times terbaru menunjukkan dia di bawah penantang utama, Kilicdaroglu. Belum lagi masalah ekonomi yang terus menerus membuat warga Turki merasa lebih miskin.
"Pemilu tidak adil, meskipun bebas. Dan, itulah mengapa selalu ada prospek perubahan politik di Turki," kata direktur kelompok penelitian EDAM yang berbasis di Istanbul, Sinan Ulgen," katanya.
"Prospeknya ada, dan sekarang bisa diraba," tegasnya lagi.
Hambatan lainnya adalah kelompok minoritas, termasuk dari Kurdi dan kelompok Alevi. Kaum muda juga bisa manjadi penghalang kemenangan Erdogan karena cenderung menganggap kepemimpinan Erdogan tak demokratis.
"Saya didiskriminasi karena identitas ganda (Kurdi dan Alevi) ini," kata Emre, mahasiswa berusia 23 tahun. "Saya melihat banyak orang meninggal karena kurangnya bantuan dalam dua atau tiga hari pertama," papar pemilih muda tersebut sambil mengingat gempa awal 2023 lalu.
(sef/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemilu Turki: 20 Tahun Kekuasaan Erdogan Diuji