
9 Fakta Baru Perang Rusia-Ukraina: China-Taiwan, Jepang-NATO

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Sejumlah fakta baru terjadi Rabu hingga Kamis (11/5/2023).
Di antaranya bagaimana parade "Hari Kemenangan" Rusia dianggap para analis menunjukan bagaimana serangan ke Ukraina sudah menguras habis sumber daya militer negera itu. Belum lagi, tentara bayaran Rusia dari perusahaan Wagner, yang tengah dipertimbangkan sebagai kelompok teroris.
Perkembangan baru juga merambat ke Asia dengan semakin mengejutkannya hubungan NATO dan Jepang. Rusia juga disebut ke China dan membahas Taiwan.
Berikut fakta lengkapnya dirangkum CNBC Indonesia dari sejumlah sumber
Ukraina Pukul Mundur Rusia
Pasukan Ukraina dilaporkan memukul mundur pasukan Rusia dalam peperangan terbaru di wilayah Bakhmut, Ukraina Timur, Rabu, mengutip Reuters. Hal ini pun dikonfirmasi Brigade Serangan Independen Ketiga Ukraina.
Brigade ke-72 Rusia yang ditempatkan di garis depan pertempuran disebut mengalami kerusakan parah. Para tentara juga dilaporkan melarikan diri dari daerah itu.
"Skuadron ke-6 dan ke-7 dari brigade ini hampir seluruhnya hancur, intelijen brigade dihancurkan, sejumlah besar kendaraan tempur dihancurkan, sejumlah besar tahanan diambil," kata seorang pemimpin Brigade Serangan Independen Ketiga Ukraina, Andriy Biletsky.
Sebelumnya, bos tentara bayaran Rusia Wagner, Yevgeny Prigozhin, sempat mengatakan bahwa Brigade ke-72 Rusia mundur 3 km, Selasa. Pasukannya, tambahnya, kehilangan 500 orang.
Namun sayangnya, pemerintah Presiden Vladimir Putin di Kremlin belum memberi komentar. Sementara pemimpin militer Ukraina mengatakan Rusia masih berusaha untuk memenangkan Bakhmut padahal situasinya sulit.
Eropa Diskusi Sanksi Baru Rusia
Negara-negara Uni Eropa (UE) memulai diskusi tentang sanksi baru ke Rusia. Ini akan menyasar "pembatasan" perdagangan Beruang Merah.
Sanksi yang diusulkan akan menargetkan perusahaan negara-negara yang berhubungan dengan Rusia. China dan Iran menjadi salah satu target.
"Memungkinkan pembatasan ekspor di negara lain karena melanggar pembatasan perdagangan yang ada," terang sumber Reuters dikutip CNBC International.
"Sanksi baru akan menyoroti bahwa kapal tanker minyak tidak diizinkan untuk membongkar muatan di laut lepas atau tiba di pelabuhan dengan pelacak GPS yang mati," tambahnya.
"Ini upaya baru untuk melawan minyak Rusia oleh negara-negara G7," jelasnya.
Di sisi lain UE juga akan menghentikan transit melalui Rusia untuk lebih banyak ekspornya. Ini termasuk produk teknologi canggih dan suku cadang pesawat.
"Jika kita melihat bahwa barang-barang pergi dari UE ke negara ketiga dan kemudian berakhir di Rusia, kita dapat mengusulkan kepada negara-negara anggota untuk memberikan sanksi ekspor barang-barang tersebut," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
"Alat ini akan menjadi pilihan terakhir dan akan digunakan dengan hati-hati," katanya.
Drone Ukraina Serang Militer Rusia
Sementara itu, dua pesawat tak berawak (drone) Ukraina dilaporkan berusaha menyerang sebuah fasilitas militer di wilayah Voronezh di Rusia barat daya. Ini dikatakan gubernur setempat, Alexander Gusev, Rabu.
"Hari ini, pagi-pagi sekali, di fasilitas militer Voronezh, percobaan serangan oleh dua UAV musuh berhasil dicegat," katanya dimuat TASS.=
"Sebagai akibat dari tindakan balasan, salah satunya menyimpang dari jalurnya dan jatuh sementara yang lain tersingkir oleh api," ujarnya lagi.
Guzev mengatakan langkah-langkah keamanan tambahan akan diterapkan di wilayah Voronezh. Ini menjadi rangkaian serangan terbaru setelah drone di Istana Putin dan kilang minyak Rusia.
Sumber Daya Militer Putin Hampir Habis
Parade militer "Hari Kemenangan Rusia" Selasa dipandang analis menunjukkan keputusasaan militer Kremlin. Pasalnya, fakta menunjukan bahwa hanya satu tank era Stalin yang dipamerkan dalam parade militer tahunan melalui Lapangan Merah itu.
"Akan sulit untuk menggambarkan simbol yang lebih pas dari kekayaan militer Rusia yang menurun dengan hanya melihat sebuah tank era Stalin berjalan melintasi Lapangan Merah selama perayaan 'Hari Kemenangan' 9 Mei," kata editor jurnal Ukraine Alert di Dewan Atlantik, Peter Dickinson.
"Selama dua dekade terakhir, Vladimir Putin telah menggunakan 'Hari Kemenangan' untuk menunjukkan kebangkitan modern Rusia sebagai negara adidaya militer, dengan lusinan tank terbaru biasanya ikut serta dalam setiap parade tahunan," tambahnya.
"Tahun ini, bagaimanapun, satu-satunya tank yang dipamerkan adalah model T-34 yang berasal dari Perang Dunia II," jelasnya.
Analis di Institute for the Study of War juga mencatat hal sama. Menurutnya aneh Rusia tidak memamerkan "tank modern, yang sangat dibutuhkan untuk menang di Ukraina".
Warga Ukraina sendiri dengan cepat mengomentari parade 'Hari Kemenangan' yang tak semewah biasanya. Akun Twitter resmi Kementerian Pertahanan Ukraina menyindir bahwa "peralatan militer modern Rusia dapat ditemukan jauh lebih mudah di 'pameran piala militer' Ukraina daripada di Parade Kemenangan di Moskow".
Perlu diketahui parade "Hari Kemenangan" adalah perayaan suksesnya Uni Soviet memukul Nazi di Perang Dunia 2 (PD2). Acara ini dihadiri Putin dan sejumlah negara Asia Tengah yang jadi bagian Uni Soviet.
Wagner Dicap Organisasi Teroris
Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mencap Grup Wagner, pasukan tentara bayaran Rusia yang berperang di Ukraina, sebagai organisasi teroris. Hal ini dimuat surat kabar setempat Times.
Langkah itu akan membuat sanksi bisa dikenakan ke pasukan swasta yang juga berperang di Afrika itu. Sebelumnya permintaan sama juga digodok Prancis.
"Parlemen Prancis meminta UE untuk secara resmi melabeli Wagner sebagai kelompok teroris. Ini artinya UE dapat membekukan aset milik kelompok tersebut dan anggotanya serta melarang warga UE untuk berurusan dengannya," muat CNBC International.
Zelensky Terima Kasih ke Biden
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskky berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden atas paket bantuan keamanan terbaru. Paman Sam rencananya akan memberi bantuan senilai US$1,2 miliar.
"Ada lagi kabar baik dari mitra. Dari apa yang bisa dikatakan publik, ada paket pertahanan baru dari Amerika," kata Zelenskyy di saluran Telegram resminya.
"Artileri, perlindungan terhadap rudal dan drone teroris, hal-hal lain untuk memperkuat pertahanan kita," jelasnya.
"Terima kasih kepada Presiden Biden, Kongres AS, dan setiap keluarga Amerika atas dukungan Anda yang berkelanjutan, untuk kekuatan Amerika yang membuat kami kuat," tambahnya.
Perlu diketahui, dengan bantuan terbaru ini total komitmen AS menjadi lebih dari US$36,9 miliar sejak awal invasi Rusia ke Ukraina. Di sisi lain, AS sendiri kini terancam gaga bayar (default) utang karena tak naiknya pagu anggaran.
Dekrit Baru Putin
Sementara itu, Presiden Putin menandatangani sebuah dekrit pada hari Rabu. Ini akan mengizinkan wajib militer untuk pelatihan militer cadangan negeri itu.
"Saya memerintahkan pada tahun 2023 warga negara Rusia di daftar cadangan untuk menjalani pelatihan militer di Angkatan Bersenjata Federasi Rusia, Pasukan Pengawal Nasional Federasi Rusia, badan keamanan negara dan Layanan Keamanan Federal," kata keputusan itu .
Cadangan militer Rusia terdiri dari cadangan tentara tempur khusus, yang mungkin berjumlah sebanyak dua juta orang. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu berjumlah hampir 25 juta orang.
Sebelumnya, Rusia untuk mengirim ratusan ribu orang untuk berperang di medan perang Ukraina telah menimbulkan perbedaan pendapat dan protes. Ini mendorong banyak orang Rusia - khususnya pemuda - untuk meninggalkan negara itu.
China vs Taiwan
Serangan Rusia ke Ukraina disebut telah menginformasikan 'perhitungan' ke China tentang kemungkinan serang ke Taiwan. Hal ini dikatakan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Apa yang terjadi di Eropa penting bagi Asia, dan apa yang terjadi di Asia penting bagi Eropa," kata Stoltenberg.
"Keamanan bersifat global," jelasnya.
"Beijing mengamati dengan cermat apa yang terjadi di Ukraina, harga yang dibayar Presiden Putin, tetapi juga potensi imbalannya. Jadi apa yang terjadi di Ukraina sebenarnya penting untuk perhitungan yang dibuat Beijing, China terkait, misalnya, Taiwan," katanya lagi.
Jepang dan NATO
Jepang dilaporkan sedang dalam pembicaraan untuk membuka kantor penghubung NATO. Ini merupakan pertama kali di Asia.
Hal ini dikatakan menteri luar negeri negara itu kepada CNN International dalam sebuah wawancara eksklusif pada hari Rabu. Menurutnya serangan Rusia ke Ukraina telah membuat dunia kurang stabil.
"Kami sudah berdiskusi, tapi belum ada detail (telah) diselesaikan," kata Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi.
Hayashi secara khusus mengutip serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu sebagai peristiwa yang berdampak jauh melampaui perbatasan Eropa. Ini memaksa Jepang untuk memikirkan kembali keamanan regional.
"Alasan mengapa kami membahas tentang ini adalah karena sejak agresi Rusia ke Ukraina, dunia menjadi lebih tidak stabil," tegasnya.
"Sesuatu yang terjadi di Eropa Timur tidak hanya terbatas pada masalah di Eropa Timur, dan itu memengaruhi secara langsung situasi di Pasifik ini. Itulah mengapa kerja sama antara kami di Asia Timur dan NATO (menjadi) semakin penting," jelasnya.
Pembukaan kantor penghubung NATO di Jepang akan menandai perkembangan yang signifikan bagi aliansi Barat di tengah memperdalam garis patahan geopolitik. Ini kemungkinan akan menarik kritik dari pemerintah China, yang sebelumnya telah memperingatkan terhadap langkah semacam itu.
Perlu diketahui Nikkei Asia pertama kali melaporkan rencana untuk membuka kantor di Jepang ini. Media itu mengutip pejabat Jepang dan NATO yang tidak disebutkan namanya.
Kantor penghubung di Jepang akan memungkinkan diskusi dengan mitra keamanan NATO, seperti Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Terutama tentang tantangan geopolitik, teknologi baru yang mengganggu, dan ancaman dunia maya.
Sebenarnya, NATO telah memiliki kantor penghubung serupa di tempat lain termasuk Ukraina dan Wina. Saat rapat besar NATO digelar 2022 lalu, Jepang diketahui menjadi salah satu dari dua negara yang hadir meski bukan anggota.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Akhirnya Terang-terangan Dukung Penuh Rusia di Perang Ukraina