Internasional

Krisis Perbankan Seperti AS Mungkin Nyebar ke Eropa: Jerman

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
10 May 2023 14:50
Bendera Jerman di gedung Reichstag, kursi Bundestag Jerman, berkibar tertiup angin. Foto: Monika Skolimowska/dpa (Photo by Monika Skolimowska/picture alliance via Getty Images)
Foto: Bendera Jerman di gedung Reichstag, kursi Bundestag Jerman, berkibar tertiup angin. Foto: Monika Skolimowska/dpa (dpa/picture alliance via Getty I/picture alliance)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian ekonomi terbesar Eropa, Jerman, kembali mengalami persoalan. Selasa waktu setempat, regulator keuangan Jerman memperingatkan bahwa sistem perbankan negara itu sedang mengalami stress test nyata di tengah volatilitas saat ini.

Hal ini dikatakan Presiden regulator Jerman BaFin (Otoritas Pengawas Keuangan Federal), Mark Branson. Kepada CNBC International, ia berujar bahwa Jerman telah melihat dampak yang sama dari suku bunga yang lebih tinggi seperti banyak negara lain di dunia.

Menurutnya, sistem perbankan Jerman 'telah mengalami kesulitan'. Meski begitu, ia yakin 'tidak ada bahaya sistemik' dan sistem keuangan telah berhasil menyerap dampak dari suku bunga yang lebih tinggi dengan baik.



"Kami tidak memiliki krisis perbankan global saat ini tetapi kami memiliki waktu yang gugup dan semacam tes stres kehidupan nyata untuk bagian-bagian sistem," kata kepala BaFin itu, dikutip Rabu (10/5/2023).

Meski begitu, ia mengakui adanya kelemahan yang signifikan untuk sektor properti komersial. Branson bahkan mengindikasikan mungkin ada beberapa masalah risiko kredit di bagian pasar tersebut karena naiknya suku bunga.

"Saat kita melihat real estat, fokus kita paling besar adalah pada real estat komersial, bukan hanya Jerman," pungkasnya.

Perekonomian Jerman dan negara Eropa lainnya di zona euro memang baru-baru ini mengalami inflasi yang begitu tinggi. Ini diakibatkan oleh naiknya harga energi yang didorong perang Rusia-Ukraina.

Kondisi ini mendorong Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menjinakan inflasi. Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan pekan lalu bahwa kemungkinan ada lebih banyak alasan untuk tetap menaikkan suku bunga.

Sementara itu, tingginya harga energi juga membuat Jerman masuk dalam cengkraman resesi. Kantor Statistik Federal Jerman, Senin mengumumkan produksi industri Jerman turun 3,4% pada Maret dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Tak hanya output produksi, Jerman juga mengalami pelemahan industri ritel. Pada Maret, penjualan ritel di negara itu turun 2,4% pada Maret, penurunan bulanan terbesar dari negara zona euro mana pun.

Ekspor Jerman ikut merosot di bulan Maret, turun 5,2% dari bulan sebelumnya. Ekspor terpukul oleh penurunan yang sangat kuat dalam pengiriman ke Amerika Serikat (AS) dan China.

Para ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya, dikombinasikan dengan tingkat inflasi yang terus-menerus tinggi akan membebani aktivitas konsumen dan bisnis di pusat industri Eropa untuk sebagian besar tahun ini.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan produksi industri akan terus menurun dalam beberapa bulan mendatang dan berkontribusi pada fakta bahwa ekonomi Jerman tidak akan pulih pada paruh kedua tahun ini, tetapi dikhawatirkan akan terjadi resesi ringan," kata Ralph Solveen, seorang ekonom di pemberi pinjaman Jerman Commerzbank, kepada Financial Times.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ingatkan Jerman, China Sebut Taiwan Lakukan Separatisme

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular