Virus Horor Ini Ditakuti Peternak, Babi Mati 'Secepat Kilat'

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
09 May 2023 18:35
Babi di kandang mereka di sebuah peternakan di pinggiran Chengdu di provinsi Sichuan barat daya China 02 Agustus 2005. China telah memerintahkan pemerintah daerah di seluruh negeri untuk memperketat pengawasan pasar babi dan peternakan babi untuk mencegah penyakit babi mematikan yang diidentifikasi sebagai bakteri streptococcus suis yang sejauh ini telah menewaskan 38 orang di provinsi itu agar tidak menyebar lebih jauh, kata media pemerintah. (File Foto - credit should read PETER PARKS/AFP via Getty Images)
Foto: Babi di kandang mereka di sebuah peternakan di pinggiran Chengdu di provinsi Sichuan barat daya China 02 Agustus 2005. (File Foto - AFP via Getty Images/PETER PARKS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa menyampaikan bahwa virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) memiliki masa inkubasi yang sama seperti halnya virus Covid-19.

Hari mengatakan, yang ditakuti oleh para peternak adalah mereka tidak bisa mengetahui babi ternak miliknya apakah sudah terjangkit virus atau belum. Sebab, ciri-ciri klinis dari virus ASF baru akan muncul setelah masa inkubasi selama 2 minggu.

"Virus ASF ini masa inkubasinya 2 minggu. Jadi kalau misalnya punya babi sudah terkontaminasi ASF itu tidak akan bisa dilihat ciri-ciri klinisnya sebelum 2 minggu, padahal dia udah kena. Nah ini ribetnya," ujar I Ketut Hari Suyasa kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/5/2023).

Setelah 2 minggu masa inkubasi, terang Hari, akan mulai bermunculan ciri-ciri klinis babi terjangkit virus mematikan tersebut, seperti badan babi yang panas atau demam, kemudian hidung yang mengeluarkan cairan ingus, terkadang ada babi yang sampai mengeluarkan kotoran berupa darah, terkadang ada babi yang sampai muntah kuning, serta mulai terlihat bermunculan bercak-bercak atau titik-titik merah di bawah kuping babi. Adapun bercak merah tersebut diyakini merupakan tanda awal dari pembuluh darah babi tersebut telah pecah karena demam yang tinggi.

"Tetapi kalau sudah kelihatan ciri-ciri klinisnya, gak mungkin babi tersebut bisa ditolong, saya jamin itu," ujarnya.

Babi dibesarkan di peternakan Gordon dan Jeanine Lockie 28 April 2009 di Elma, Iowa. Peternak babi yang terpukul oleh kenaikan harga pakan kini dihadapkan pada anjloknya harga babi yang sebagian didorong oleh kesalahpahaman tentang hubungan Flu Babi dengan makan daging babi dan larangan impor daging babi AS mentah baru-baru ini oleh beberapa negara. (File Foto - Scott Olson/Getty Images)Foto: Babi dibesarkan di peternakan Gordon dan Jeanine Lockie 28 April 2009 di Elma, Iowa. (File Foto - Getty Images/Scott Olson)
Babi dibesarkan di peternakan Gordon dan Jeanine Lockie 28 April 2009 di Elma, Iowa. Peternak babi yang terpukul oleh kenaikan harga pakan kini dihadapkan pada anjloknya harga babi yang sebagian didorong oleh kesalahpahaman tentang hubungan Flu Babi dengan makan daging babi dan larangan impor daging babi AS mentah baru-baru ini oleh beberapa negara. (File Foto - Scott Olson/Getty Images)

Maka hal yang bisa dilakukan oleh peternak, ialah dengan mengosongkan kandang tempat ditemukannya babi yang terjangkit virus ASF tersebut.

"Satu kandang itu harus dikosongin, karena gak mungkin diselamatkan lagi, pasti kena (ke babi yang lain) itu. Karena gak ada obat, gak ada vaksin," kata Hari.

Lebih lanjut, Hari menerangkan bahwa hanya babi dengan berat di atas 30 kg yang berkemungkinan rentan terjangkit virus ASF ini. Sedangkan untuk babi kecil atau bibit biasanya lebih kebal dari virus ASF.

"Asumsi saya, kenapa bibit tidak diserang karena bibit masih mempunyai kekebalan alami, berat 30 kg biasanya peralihan dari kekebalan alami ke kekebalan baru, peralihan ini lah yang kemudian diserang oleh virus," terangnya.

Hari menjelaskan, virus ASF menyerang kekebalan tubuh babi. Jadi, babi yang sudah terdampak dan sudah memberikan ciri atau tanda-tanda klinis dari virus ASF, jika babi tersebut diinjeksi dengan antibiotik babi tersebut malah akan mati. Sebab, dengan diinjeksinya babi dengan antibiotik, maka virus yang sudah bersarang di tubuh babi tersebut akan mengganas.

"Virus ini memakan kekebalan tubuh. Jadi babi yang sudah terdampak, yang sudah timbul ciri-ciri klinis, kalau diinjeksi dengan antibiotik dia malah akan mati. Langsung mati dia. Diobatin langsung mati dia. Artinya, karena semakin dinaikkan kekebalan tubuhnya, semakin ganas virus itu menyerang," jelasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babi di Batam Kena Virus Mematikan, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular