Peternak Wajib Tahu, Ini Ciri Babi Terinfeksi Virus Horor

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
10 May 2023 16:00
Babi
Foto: REUTERS/Edgard Garrido/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini masih belum ada vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh babi terhadap virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Sehingga untuk pengendalian dari persebaran virus itu sendiri menjadi tidak mudah.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Barantan, Wisnu Wasisa Putra saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (10/5/2023).

"ASF kan pengendaliannya gak mudah, dan belum ada vaksin," katanya.

Pihaknya juga belum buru-buru menetapkan kasus ini menjadi wabah. Sebab, serangan virus ASF baru terjadi di Pulau Bulan, daerah lain aman.

"Tidak, ini tidak dibilang wabah karena ini kan 1 tempat saja," sebutnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa menyampaikan bahwa virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) memiliki masa inkubasi yang sama seperti halnya virus Covid-19, dan belum ditemukan vaksin untuk mengatasi persebaran virus mematikan pada babi ini.

"Karena kecepatan serangan (virus ASF) mortalitasnya (kematian) itu sampai 100%, jadi daya serangnya 100% daya bunuhnya pun terhadap hewan yang terdampak ASF itu juga 100%. Tidak ada obat, tidak ada vaksin, jadi begitu sadisnya wabah ini," kata Hari saat dihubungi dalam kesempatan yang sama.

Hari mengatakan, yang ditakuti oleh para peternak adalah mereka tidak bisa mengetahui babi ternak miliknya apakah sudah terjangkit virus atau belum. Sebab, ciri-ciri klinis dari virus ASF baru akan muncul setelah masa inkubasi selama 2 minggu.

FILE PHOTO: Pigs nearing market weight stand in a pen at Duncan Farms in Polo, Illinois, U.S. April 9, 2018. REUTERS/Daniel Acker/File PhotoFoto: REUTERS/Daniel Acker
FILE PHOTO: Pigs nearing market weight stand in a pen at Duncan Farms in Polo, Illinois, U.S. April 9, 2018. REUTERS/Daniel Acker/File Photo

"Virus ASF ini masa inkubasinya 2 minggu. Jadi kalau misalnya punya babi sudah terkontaminasi ASF itu tidak akan bisa dilihat ciri-ciri klinisnya sebelum 2 minggu, padahal dia udah kena. Nah ini ribetnya," ujarnya.

Setelah 2 minggu masa inkubasi, terang Hari, akan mulai bermunculan ciri-ciri klinis babi terjangkit virus mematikan tersebut, seperti badan babi yang panas atau demam, kemudian hidung yang mengeluarkan cairan ingus, terkadang ada babi yang sampai mengeluarkan kotoran berupa darah, terkadang ada babi yang sampai muntah kuning, serta mulai terlihat bermunculan bercak-bercak atau titik-titik merah di bawah kuping babi. Adapun bercak merah tersebut diyakini merupakan tanda awal dari pembuluh darah babi tersebut telah pecah karena demam yang tinggi.

"Tetapi kalau sudah kelihatan ciri-ciri klinisnya, gak mungkin babi tersebut bisa ditolong, saya jamin itu," sebutnya.

Hari menjelaskan, virus ASF menyerang kekebalan tubuh babi. Jadi, babi yang sudah terdampak dan sudah memberikan ciri atau tanda-tanda klinis dari virus ASF, jika babi tersebut diinjeksi dengan antibiotik babi tersebut malah akan mati. Sebab, dengan diinjeksinya babi dengan antibiotik maka virus yang sudah bersarang di tubuh babi tersebut akan mengganas.

"Virus ini memakan kekebalan tubuh. Jadi babi yang sudah terdampak, yang sudah timbul ciri-ciri klinis, kalau diinjeksi dengan antibiotik dia malah akan mati. Langsung mati dia. Diobatin langsung mati dia. Artinya, karena semakin dinaikkan kekebalan tubuhnya, semakin ganas virus itu menyerang," jelasnya.

Maka hal yang bisa dilakukan oleh peternak, ialah dengan mengosongkan kandang tempat ditemukannya babi yang terjangkit virus ASF tersebut.

"Satu kandang itu harus dikosongin, karena gak mungkin diselamatkan lagi, pasti kena (ke babi yang lain) itu. Karena gak ada obat, gak ada vaksin," kata Hari.

Lebih lanjut, Hari menerangkan bahwa hanya babi dengan berat di atas 30 kg yang berkemungkinan rentan terjangkit virus ASF ini. Sedangkan untuk babi kecil atau bibit biasanya lebih kebal dari virus ASF.

"Asumsi saya, kenapa bibit tidak diserang karena bibit masih mempunyai kekebalan alami, berat 30 kg biasanya peralihan dari kekebalan alami ke kekebalan baru, peralihan ini lah yang kemudian diserang oleh virus," terangnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babi di Batam Kena Virus Mematikan, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular