Kemarau Ekstrem Mengancam, Begini Menteri Jokowi Jaga Pangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan telah bersiap menghadapi efek fenomena El Nino yang akan memicu panas atau kemarau ekstrem di Idnonesia. Di mana, kata dia, puncak El Nino di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus 2023 nanti.
Syahrul pun memerintahkan anak buahnya untuk mendampingi petani dan menyiapkan sumber pengairan yang baik bagi kebutuhan produksi pertanian, termasuk pangan nasional.
"Menghadapi musim kering ekstrim atau El Nino saya minta jajaran Kementan berada di lapangan membantu para petani yang kesulitan. Kemudian saya juga meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia," ujar Syahrul dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (6/5/2023).
Strategi Syahrul terus berlanjut dengan mendorong para petani untuk mengikuti program asuransi usaha tani padi (AUTP). Dia juga mengerahkan gerakan mitigasi El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan serta mendorong percepatan tanam dengan menggunakan varietas tahan kering, mekanisasi seperti penggunaan Traktor Roda 4 dan Traktor Roda 2.
Adapun, Kementerian Pertanian juga mengalokasikan embung sebanyak 500 unit, Perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 3.213 unit di tahun 2023 ini.
Sementara pada tahun 2020 sampai 2022 Syahrul mengatakan pihaknya telah mengalokasikan kegiatan irigasi peningkatan ketersediaan air RJIT sebanyak 11,866 unit, perpompaan 2.177 unit, perpipaan 439 unit dan Embung 1.531 unit.
"Dan seperti yang selalu saya sampaikan bahwa sintesa dalam menghadapi el nino itu adalah membuat kelembagaan yang kuat dan bernilai ekonomi. Termasuk didalamnya menyiapkan teknologi dan mekanisasi," paparnya.
Selain itu, kata SYL, para petani juga bisa menggunakan akses Kredit Usaha Rakyat atau KUR pertanian sebagai permodalan utama dalam meningkatkan produktivitas budidaya. Menurut SYL, petani bisa memperbaiki lahan kering dengan membeli alsintan maupun mesin pencacah untuk panen.
"Kita harus memperkokoh kekuatan SDM kita melalui KUR. Kemudian memperkokoh produksi kita dengan benih unggul dan pengembangan pupuk organik," tandasnya.
Sebelumnya, Organisasi pangan dan pertanian dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) memperingatkan ancaman risiko kekeringan ekstrem akibat El Nino di wilayah-wilayah Afrika bagian Selatan, Amerika Tengah, serta Asia Timur Jauh termasuk Indonesia.
FAO merilis laporan yang memuat rekomendasi bagi negara-negara anggota dan mitra agar mengantisipasi ancaman yang muncul.
"Laporan ini bertujuan menyoroti negara-negara di mana Kondisi cuaca kering akibat El Nino dapat terjadi dan memiliki dampak buruk pada produksi sereal di 2023/2024, berpotensi memperparah kerawanan pangan lokal," tulis FAO dalam keterangan di situs resmi, dikutip Jumat (28/4/2023)
Meski, FAO menambahkan, laporan tersebut sebagai hasil analisis sementara didasarkan pada tren historis. Sehingga, pemantauan terus-menerus prakiraan cuaca sangat penting.
"Seperti regional lainnya fenomena samudera dan atmosfer dapat memodulasi dampak El Nino dan dampak selanjutnya pada sektor pertanian," jelas FAO.
Laporan tersebut menampilkan pemetaan korelasi kondisi vegetasi di lahan pertanian dengan kondisi El Nino, tipe presipitasi tipikal dalam kondisi El Nino (telekoneksi, mengacu pada anomali iklim yang terkait satu sama lain pada jarak yang jauh-biasanya ribuan kilometer).
Serta, peta lahan pertanian dengan korelasi tinggi kering/ basah saat El Nino. Peta terakhir ini menunjukkan korelasi dengan tanaman serealia seperti padi, jagung, dan gandum.
"Mengingat rekor jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut, FAO meneliti daerah-daerah di dunia yang sangat rentan terhadap El Niño dan bagaimana tindakan antisipatif dapat diambil untuk mengurangi risikonya," tulis FAO.
(dce)