
Terbukti! Utang RI Vs AS Ternyata bak Bumi dan Langit

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Amerika Serikat (AS) saat ini sudah menembus US$ 3,1 triliun atau sekira Rp 460.000 triliun (kurs Rp 14.900/US$), tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Saat ini negara adidaya ini tengah dilanda ancaman risiko gagal bayar (default). Sementara Indonesia, hingga 31 Maret 2023 utangnya mencapai Rp 7.879,97 triliun.
Bengkaknya utang AS, dipicu oleh pandemi Corona (Covid-19). Saat itu, pemerintah AS harus menggelontorkan stimulus US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian.
"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento.
"Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," tuturnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (6/5/2023).
AS diketahui belum pernah mengalami krisis utang. Meski utang terus membengkak, Amerika Serikat belum pernah mengalami gagal bayar.
Dari catatan Tim Riset CNBC Indonesia, Negeri Paman Sam tidak pernah lagi mencatat surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sejak 1957. Amerika Serikat saat itu dipimpin Presiden Dwight Eisenhower, dan mencatat surplus sebesar US$ 2,2 miliar.
Sejak saat itu, Amerika Serikat terus mengalami defisit APBN. Artinya, negara ini perlu menambah utang melalui penerbitan Treasury untuk membiayai belanjanya.
Kondisi ini mirip dengan Indonesia. Sama dengan AS saat pandemi, Indonesia pun harus berutang sana-sini.
Lonjakan tertinggi terjadi di akhir 2020. Kemenkeu mencatat posisi utang Indonesia hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp 6.074,56 triliun. Jumlah ini naik Rp 1.296,56 triliun dibandingkan posisi pada akhir 2019 sebesar Rp 4.778 triliun.
Kemudian, pada akhir 2021, utang pemerintah tercatat sebesar Rp6.908,87 triliun, dengan rasio utang 41% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hingga 31 Maret 2023, Kemenkeu mencatat utang RI tembus Rp 7.879,97 triliun atau meningkat Rp 17,39 triliun dari posisi utang pada bulan sebelumnya yang mencapai Rp 7.861,68 triliun.
Adapun rasio utang pemerintah, hingga 31 Maret 2023 mencapai 39,17% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Rasio itu naik jika dibandingkan dengan rasio pada Februari 2-23 yang mencapai 29,09%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selalu mengungkapkan bahwa rasio utang Indonesia wajar dan aman dibandingkan dengan negara-negara G20.
Sri Mulyani menyampaikan kondisi rasio utang negara terhadap produk domestik bruto (PDB) atau debt to GDP (gross domestic bruto) di berbagai negara G20 dan Asean pada 2022.
Menurutnya, rasio utang pemerintah Indonesia berada di kisaran 39,6%. Rasio utang RI lebih rendah dari Korea Selatan yang berada di posisi keempat (54,1%).
Namun, posisi Indonesia masih lebih tinggi dari Arab Saudi (24,8%) dan Rusia (16,2%) yang menempati posisi pertama dengan utang paling kecil di antara negara G20 dan Asean. Posisi rasio utang pemerintah tertinggi diduduki oleh Jepang yang mencapai 263,9 persen.
Sri Mulyani menegaskan tidak ada negara yang terbebas dari utang sama sekali. Dia pun mengklaim bahwa rasio utang RI di kisaran 39% masih terhitung sehat.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Gak Ada Apa-Apanya, Utang Pemerintah AS Capai Rp476.800 T
