Fenomena Mal Sepi Bak Kuburan dan Restoran Tumbang, Ada Apa?

Redaksi, CNBC Indonesia
07 May 2023 16:30
Geliat bisnis di pusat perbelanjaan ITC Cempaka Mas mulai pulih meski daya beli masyarakat masih lemah. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Geliat bisnis di pusat perbelanjaan ITC Cempaka Mas mulai pulih meski daya beli masyarakat masih lemah. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu terakhir, beberapa mal di ibu kota terpantau sepi. Tak terlihat keramaian pengunjung, sehingga suasanya seperti kuburan.

Tak cuma itu, jaringan restoran yang tutup pun seperti hal lumrah. Dua di antaranya adalah Warunk Upnormal dan Fish & Co. Keduanya tutup pada akhir 2022 lalu.

Padahal, dua restoran tersebut dulunya laris manis dan jadi salah satu tempat nongkrong warga Jakarta. Lantas, apa pemicu tumbangnya bisnis restoran yang dulu diminati?

Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan, saat ini bisnis restoran menghadapi situasi rumit. Sebab, peningkatan traffic tidak serta merta diikuti kenaikan pendapatan.

Padahal, biaya operasional yang harus ditanggung semakin naik seiring dengan meningkatnya traffic. Akibatnya, usaha restoran kemudian bisa jadi gulung tikar hingga menutup gerainya.

"Bahwa peningkatan traffic yang ada terjadi saat ini, juga diiringi dengan peningkatan biaya operasional. Masalah energinya (listrik dan air), (biaya) dari perizinan, belum lagi terkait masalah upah minimum juga kan meningkat semua itu. Nah itu dari sisi pendapatan belum bisa dikatakan (meningkat)," kata Maulana kepada CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.

Faktor lainnya, aktivitas sosial dan ekonomi setelah pembatasan ketat di era pandemi Covid-19 ternyata belum diikuti pemulihan usaha. Bersamaan dengan itu, pengusaha harus membayar kewajiban di bank meski bisnis masih babak belur.

"Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana," Maulana menjelaskan.

Tren serupa juga terjadi di bisnis pusat perbelanjaan yang kini empot-empotan untuk bertahan, terutama sejak pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit.

Fenomena mal sepi pengunjung terjadi akibat efek domino pandemi Covid-19 yang beberapa tahun ke belakang telah memukul keras bisnis ritel modern, khususnya pusat perbelanjaan. Disertai keluarnya para tenant yang tak sanggup membayar biaya sewa/

"Tarif tetap tinggi walaupun pengunjung semakin sepi, misalnya karena Covid-19," kata Panangian.

Panangian menuturkan, fenomena mal sepi pengunjung sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, dan sulit untuk dibuktikan mana yang sudah terlebih dahulu ada.

"Seperti telor sama ayam. Memang itu biasa terjadi pada beberapa pusat perbelanjaan tertentu yang sudah lama beroperasi. Penyebabnya kompleks," ia menerangkan.

Mal-mal yang jadi sepi umumnya jika usianya sudah lebih lama. Pusat perbelanjaan lawas mulai ditinggalkan pengunjung karena kehadiran pesaing baru yang dinilai lebih menarik.


(fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mal di Jakarta Makin Sepi Parah, Sudah Seperti Kuburan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular