Ekonomi Dunia Kacau Balau, Jika AS Gagal Bayar Utang!
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi negara adidaya Amerika Serikat (AS) saat ini tengah dibayangi adanya huru-hara utang yang tinggi, yang bahkan dikhawatirkan akan mengalami gagal bayar atau default. Apapun yang terjadi di AS, sudah pasti akan berdampak terhadap seluruh perekonomian dunia.
Ekonom Senior Raden Pardede menjelaskan, jika sampai AS benar-benar sampai mengalami persoalan default, maka perbankan, dana pensiun, asuransi, hingga perekonomian pemerintah AS akan akan merembet terhadap seluruh ekonomi di seluruh negara di dunia.
Pasalnya, hampir seluruh industri pasar keuangan di negeri Paman Sam itu memegang surat utang AS. Jika mereka tidak mendapatkan pembayaran bunga utang yang seharusnya dibayarkan oleh pemerintah AS, maka akan menimbulkan persoalan seperti kebangkrutan.
"Balance sheet dari perusahaan-perusahaan tersebut bisa jadi masalah. Bisa jadi persoalan yang merembet kepada ketidakstabilan keuangan atau financial bankrupt atau collapse di bank-bank dan perusahaan keuangan tersebut," jelas Raden kepada CNBC Indonesia dalam program Squawk Box, Kamis (27/4/2023).
Bangkrutnya sektor-sektor keuangan di AS, tentu akan merembet secara keseluruhan terhadap ekonomi di seluruh dunia.
"Itu akan merembet kepada seluruh dunia, karena kita tahu surat utang dari pemerintah AS itu, sekitar sepertiga-nya dipegang oleh asing. Termasuk bank-bank sentral di seluruh dunia. Jadi, mereka juga akan terpengaruh," kata Raden lagi.
Sebab para investor surat utang AS tidak mendapatkan pembayaran atas bunga surat utang yang mereka pegang. Sehingga merek akan terpengearuh.
Kemudian, jika pemerintah AS kemudian menyepakati untuk tidak menaikkan rasio tingkatan utang atau debt ceiling, hal ini juga yang kemudian akan menjadi persoalan fiskal pemerintah AS, yang berimbas terhadap terhambatnya belanja pemerintah.
Pemerintahan AS kemungkinan akan mengurangi belanja-belanja sosial dan belanja pengeluaran negaranya. Hal ini yang pada akhirnya akan mengakibatkan perekonomian AS bisa mengalami kebangkrutan juga.
"Mengakibatkan resesi yang berkepenjangan di AS. Dampak ini sangat luar biasa, kalau mereka sampai default. Mereka tidak bayar surat utang mereka. Dampaknya bukan hanya ke perekonomian AS, tapi juga perekonomian dunia secara keseluruhan, itu akan terpengaruh," tutur Raden.
Kendati demikian, Raden meyakini bahwa Kongres AS, baik itu Partai Republik dan Partai Demokrat menunda persetujuan nilai tingkatan utang AS, itu sama saja mereka buruh diri dan tidak akan mencapai titik temu.
"Ujungnya mereka (AS) bisa mencetak utang lagi untuk membayar utang itu. Mereka tidak akan default," jelas Raden.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan AS Janet Yellen sudah sejak tahun lalu memperingatkan hal tersebut, dan kembali ditegaskan pekan ini, dampaknya juga akan sangat buruk.
"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan. Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," tuturnya," kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, dikutip dari Reuters, Kamis (27/4/2023).
Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21.
Sejak saat itu, Amerika Serikat terus mengalami defisit APBN. Artinya, untuk membiayai belanja perlu menambah utang melalui penerbitan Treasury misalnya.
Pembayaran bunga utang yang ada sebelumnya juga dilakukan dengan menerbitkan surat uang lagi, begitu seterusnya, gali lubang tutup lubang hingga akhirnya menumpuk. Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu.
(cap/cap)