
Tanggung Utang Rp 460.000 T, AS Pernah Nunggak Gaji PNS

Jakarta, CNCB Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tengah terengah-engah. Negeri Paman Sam kembali terancam gagal bayar utang (default).
Utang AS menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun.
Alhasil, utangnya menjadi yang terbesar di dunia. Bahkan sangat jauh di atas Inggris. Negara dengan utang terbanyak kedua di dunia bahkan nilainya tidak sampai US$ 9 triliun. Dengan utang yang bengkak, pagu utang berulang kali menjadi perdebatan Parlemen di AS (Kongres).
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen pun resah akan kemungkinan default. Pasalnya, Kongres AS belum menaikkan pagu utang pemerintah.
Dia mengatakan itu adalah "tanggung jawab dasar" Kongres untuk meningkatkan atau menangguhkan batas pinjaman US$ 31,4 triliun.
Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memicu "malapetaka ekonomi" yang akan membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.
Meski berulang kali mengalami masalah pagu utang, tetapi Amerika Serikat tidak pernah mengalami default. Kementerian Keuangan AS sebelumnya sudah memberikan estimasi jika anggaran akan habis paling cepat pada awal Juni.
Sementara itu Congressional Budget Office (CBO) memprediksi anggaran akan habis sekitar Juli - September. Jika sampai batas tersebut pagu utang belum dinaikkan, maka Amerika Serikat akan mengalami default untuk pertama kali dalam sejarah.
"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).
"Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," lanjutnya, dikutip dari Reuters.
Lantas, apa yang terjadi jika gagal bayar?
Jika AS gagal bayar terjadi, maka peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade. Pelaku pasar bisa berondong-bondong menjual surat utang AS (US Treasury). Yield atau imbal hasilnya akan melesat naik dan bisa mempengaruhi suku bunga di Amerika Serikat.
Dalam kondisi tersebut, pasar saham AS (Wall Street) juga diprediksi akan merosot. Pada April 2011 saat S&P menurunkan peringkat utang AS dari AAA menjadi AA+, indeks Dow Jones langsung anjlok 140 poin saat pembukaan.
Apalagi jika sampai terjadi gagal bayar, penurunan peringkat utang bisa sangat tajam, dan gejolak di pasar finansial tentunya akan sangat besar, tidak hanya di AS tetapi juga dunia.
Government Shut
Dalam catatan sejarah, AS memang selalu selamat dari default. Namun hitam di atas putih, AS pernah berulang kali mengalami government shutdown atau penutupan pemerintah.
Government shutdown adalah suatu kondisi ketika Kongres gagal menyepakati anggaran yang diperlukan untuk operasional pemerintahan. Ketika shutdown, biasanya pemerintah berhenti menyediakan hampir semua layanan publik, kecuali layanan krusial.
Dari catatan Tim Riset CNBC Indonesia, AS pernah mengalami 21 kali government shutdown dalam 44 tahun terakhir. Shutdown terpanjang terjadi pada 22 Desember 2018 sampai 25 Januari 2019 atau 35 hari.
Shutdown ini terjadi di era pemerintahan Donald Trump. Akibat kondisi ini, pegawai pemerintah federal harus cuti panjang.
Penutupan pemerintahan tersebut dipicu oleh penolakan anggota Senat dari Partai Demokrat atas usulan pendanaan senilai US$5 miliar untuk tembok perbatasan yang telah sejak lama diupayakan oleh Trump.
Akibat dari penutupan itu, pendanaan untuk sembilan departemen federal dan beberapa lembaga telah habis pada Jumat tengah malam, dan tanpa adanya terobosan politik, lebih dari 420.000 karyawan akan bekerja tanpa bayaran dan 380.000 lainnya akan diliburkan, mengutip New York Times.
Bahkan penutupan sebagian departemen terpilih akan terbukti bermasalah, kata para ahli, seperti dilansir dari Atlanta Journal-Constitution (AJC), Rabu (26/12/2018).
Ketika pemerintah federal Amerika Serikat (AS) menghadapi penutupan pemerintahan parsial atau government shutdown dan ratusan ribu pegawai federal tak digaji atau dirumahkan tanpa dibayar, Presiden Donald Trump dan anggota Kongres ternyata masih mendapatkan gaji mereka.
Penutupan ini dipicu oleh permintaan Trump bahwa pembayar pajak AS harus menyediakan US$5 miliar untuk tembok yang ia ingin bangun di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. Permintaan ini ditentang oleh sebagian besar anggota Partai Demokrat dan beberapa anggota parlemen di dalam partainya sendiri, Partai Republik.
Trump ingin uang itu dimasukkan dalam langkah pengeluaran yang harus diloloskan Kongres untuk mengembalikan pendanaan bagi beberapa lembaga pemerintah, termasuk Departemen Keamanan Dalam Negeri, Keadilan, Pertanian, dan Perdagangan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Makin Ngeri, Yellen Mendadak '4 Mata' ke Bos-Bos Bisnis
