
Krisis Bank AS Jadi Berkah Buat RI, Ekspor Komoditas Ini Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Kolapsnya perbankan di Amerika Serikat, seperti Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank memberi berkah buat Indonesia. Ekspor emas atau logam mulai dan perhiasan menjadi naik pesat.
Deputi bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan krisis di sektor perbankan itu membuat permintaan logam yang tergolong safe haven itu meningkat pesat.
"Pada komoditas logam mulia, krisis sektor perbankan di AS, kenaikan suku bunga oleh bank sentral, mendorong permintaan aset safe haven seperti emas," kata dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2023).
Berdasarkan data BPS, ekspor logam mulia dan perhiasan batu permata telah naik US$ 528,4 juta atau 93,04% dari Februari 2023 US$ 567,9 juta menjadi US$ 1,09 miliar.
Sepanjang kuartal I - 2023 dibanding kuartal I - 2022 juga naik 1,10% dari US$ 2,44 miliar menjadi US$ 2,47 miliar pada kuartal I - 2023.
Penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki sebelumnya juga telah mengatakan bahwa emas sebagai aset yang aman saat krisis terjadi, seperti saat krisis perbankan yang tengah terjadi di AS dan Eropa.
"Dua bank besar sudah hancur, bank ketiga tinggal tunggu giliran. Belilah emas, perak, dan koin (krypto) sekarang, jangan beli ETF (exchange traded fund). Ketika bank ketiga hancur, maka harga emas dan perak akan naik. Di 2008, saya sudah meramalkan kehancuran Lehman Brothers sebelum kabar itu ramai diberitakan di CNN, kalau Anda ingin buktinya kunjungi RICH DAD.com," ujar Kiyosaki di akun Twitternya pada 11 Maret 2023 lalu.
Ekonom Nouriel Roubini atau yang dikenal dengan "Dr Doom" alias "Dokter Kiamat" juga menyatakan dalam kondisi saat ini emas menjadi salah satu aset investasi yang tepat.
Ekonom yang mendapat predikat itu setelah memprediksi terjadinya krisis finansial global 2008 dan benar terjadi menganggap inflasi di Amerika Serikat akan bertahan di kisaran 6% sangat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) 2%.
"Jika saya benar, rata-rata inflasi tidak akan sebesar 2%, tetapi 6%. Kemerosotan yang kita lihat pada tahun lalu pada saham dan obligasi akan menjadi lebih parah dalam beberapa tahun ke depan," kata Roubini, Kamis (23/2/2023).
Roubini menyebut investor saat ini harus keluar dari saham dan obligasi, dan berinvestasi ke aset yang memiliki lindung nilai terhadap inflasi seperti emas. Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan krisis 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisis yang parah.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor November: Tambang Oke, Tapi Migas & Pertanian Anjlok