
Investor China Ini Bangun Pabrik Bahan Baku Baterai di Maluku

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di dunia yakni Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), perusahaan asal China, akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) di Indonesia.
Meski pabrik sel baterai akan dibangun di Pulau Jawa, namun mayoritas fasilitas yakni pabrik pengolahan nikel menjadi nikel sulfat, hingga pembuatan precursor dan katoda baterai akan dibangun di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho. Dia mengatakan bahwa infrastruktur untuk pembangunan pabrik baterai EV di Halmahera Timur tersebut sudah disiapkan, baik area dan perkapalan.
"Ini visualisasi yang direncanakan oleh CATL di Halmahera Timur, baik dari segi infrastruktur perkapalan dan juga area untuk sudah disiapkan cukup matang. Jadi dari aspek refining (pengolahan nikel menjadi nikel sulfat) ada di sana. Hanya battery cell yang akan dibangun di Jawa, hampir 70% fasilitas di Halmahera Timur," jelas Toto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Dia melanjutkan, proyek tersebut ditargetkan terbangun dan beroperasi pada tahun 2026 mendatang.
"Tentunya kita harapkan terealisasi 2026," tambahnya.
Toto menyebut, nilai investasi CATL melalui cucu usaha, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), di Indonesia ini diperkirakan mencapai US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 84 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Setelah IBC dan CBL melakukan penandatanganan Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) pada 16 Januari lalu, diharapkan CBL mulai menggelontorkan investasinya di tahun ini.
"Tahun ini terkait hilirisasinya harus ditandatangani dan total hulu sampai hilir US$ 5,6 miliar. Itu adalah komitmen mereka," katanya.
Kemudian, proses selanjutnya yakni IBC dan CBL akan melaksanakan uji kelayakan bersama atau Joint Feasibility Study (FS) untuk rantai pasok dari pengolahan dan pemurnian nikel, prekursor, katoda baterai, sel baterai, dan daur ulang (recycling).
Untuk diketahui, Holding BUMN Tambang MIND ID terus berambisi untuk masuk ke dalam ekosistem kendaraan listrik melalui pengembangan produksi baterai kendaraan listrik (EV). Salah satunya, dengan mendorong peran dari Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana MIND ID juga menjadi salah satu pemegang sahamnya.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan, sebagai Holding BUMN Tambang pihaknya mendapat mandat dari pemerintah untuk bisa menjadi perusahaan kelas dunia (World Class Company). Beberapa di antaranya dimulai dengan menggenjot kegiatan eksplorasi yang agresif, ekspansi pasar, dan bisnis hilir.
"Dalam kerangka bisnis downstream itu salah satu dari penguatan downstream itu adalah memperkuat ekosistem electric vehicles (EV). Jadi memang kita dorong IBC anak usaha kita untuk dia bergerak lebih cepat lagi sebagai investment company," ungkapnya dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (22/2/2023).
Selain itu, dia juga mendorong agar IBC dapat menguasai proses industri manufaktur di dalam negeri. Namun, dengan adanya keterbatasan waktu saat ini, pihaknya akan melakukan kerja sama strategis atau strategic alliance dengan mitra yang sudah siap terlebih dahulu, salah satunya dengan perusahaan baterai asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).
Apalagi, lanjutnya, Indonesia mempunyai potensi kekayaan sumber daya alam berupa nikel sebagai bahan baku produksi baterai kendaraan listrik. Oleh sebab itu, sebagai BUMN, pihaknya tidak hanya berbicara mengenai keuntungan semata, namun bisa menjalankan penugasan negara dengan sebaik-baiknya.
"Tapi kita harus develop sebuah ekosistem yang kuat sebagai perbaikan generasi ke depan. Jadi long term value. Karena BUMN gak hanya kembangkan comparative advantage tapi competitive advantage. Kita ada SDA, nikel kita ada, batu bara sekarang ada beyond coal, makanya ada DME. Ini kan DME salah satu bentuk beyond coal untuk masuk kepada downstream bisnis," tuturnya.
"Nikel sama. Memang ini perlu waktu tapi sebagai agen negara kita gak hanya profitisasi tapi juga menjawab penugasan pemerintah. Kita akan jawab tantangan itu tapi masing-masing harus berada di koridor. IBC kembangkan strategi anorganic growth, sementara MIND id siapkan capex untuk kembangkan ini dan gak nanggung-nanggung harus jadi world class," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos IBC Curhat: Ternyata Bangun Industri Baterai Gak Murah!