
RI Mau Jadi Raja Baterai Dunia, Begini Tahapannya

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Industri Baterai Indonesia (IBI) atau dikenal dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Baterai, terus berkomitmen untuk menggenjot ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Bahkan, perusahaan sudah menyiapkan beberapa tahapan untuk merealisasikan cita-cita RI menjadi "raja" baterai kendaraan listrik dunia.
Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, guna merealisasikan pengembangan baterai EV dan ekosistem EV di Indonesia berjalan pesat, pihaknya telah menyiapkan roadmap atau peta jalan yang siap diimplementasikan.
"Jadi di 2023 konsentrasi kami bagaimana meningkatkan dari segi kualitas dan biaya, maksudnya harga dari roda dua kita meningkatkan yang sebelumnya penjualan total hanya 6.000 unit tahun ini ditingkatkan jadi 15 ribu unit," jelas Toto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (12/4/2023).
IBC saat ini memang tengah fokus untuk menggarap produksi kendaraan listrik roda dua di Indonesia. Ini setelah perusahaan berhasil menguasai 53,93% saham PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), produsen motor listrik Gesits.
Masih di tahun yang sama, IBC juga bakal fokus untuk menggarap pembuatan Energy Storage System (ESS), berupa baterai penyimpanan energi. Kemudian, pada tahun 2024-2025 ditargetkan pabrik baterai untuk kendaraan listrik roda empat, serta pabrik baterai daur ulang dapat beroperasi.
"Battery EV pertama di Indonesia sudah mulai diproduksi di Karawang dan recycle untuk Battery EV sudah kami targetkan beroperasi di 2024 atau 2025 akhir," katanya.
Sementara itu, pada 2025 sendiri menurut Toto menjadi periode yang cukup penting bagi Indonesia. Pasalnya, pada tahun tersebut ditargetkan pabrik pengolahan prekursor, pabrik pengolahan NPI/nickel matte, pabrik pengolahan HPAL, dan pabrik pengolahan katoda dapat beroperasi.
"Jadi baterai material yang siap kita olah jadi baterai Made In Indonesia. Ini kita harapkan di 2026 benar benar battery cell yang kita dapatkan dari hulu bisa berproduksi pertama kali dari Indonesia," kata dia.
Kemudian pada tahun 2030, diharapkan Indonesia bisa melakukan penguasaan terhadap teknologi baterai. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi bergantung dengan pihak luar.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Jadi Raja Baterai, RI Harus Bersaing dengan 3 Penguasa
